PIKIRAN RAKYAT - Program Petani Milenial yang diusung Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menjadi sorotan setelah diduga peserta menuliskan pengalamannya di media sosial. Pemilik akun Twitter @eesss_ bernama Rizky Anggara (21) mengaku bahwa ia mengalami kerugian pada sebuah bank di Jawa Barat usai mengikuti program tersebut.
"28 Agustus - Dilaksanakan akad dengan Bank BJB. Ini awal cerita kami resmi berhutang. Program ini menggunakan utang (KUR) dari BJB karena dalam awal penyelenggaraannya program ini tidak memiliki anggaran/tidak menggunakan APBD," kata Rizky Anggara.
Selama berjalan program tersebut, peserta tidak mendapatkan uang berupa dana pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dipinjam atas nama pribadi, dana tersebut justru dikelola secara utuh oleh penjamin yakni PT Agro Jabar.
"Jadi kasarnya program ini dibiayai oleh kami dalam bentuk utang atas nama kami sendiri. Dan kami tidak memegang uang sepeserpun dari KUR kami. Seluruh dana KUR dikelola oleh PT.AJ lalu diberikan dalam bentuk barang kepada kami," ujarnya.
Pemilik akun yang mengaku peserta program Petani Milenial batch 1 itu mengungkapkan beberapa kejanggalan, salah satunya ketika para peserta tidak mendapat bagi hasil dari panen. Padahal menurutnya, saat itu para peserta seharusnya sudah bisa melunasi KUR. "Tapi nyatanya? Lagi lagi jauh dari harapan. Rp. 618.150.000 entah kemana wujudnya. Bukan diambil orang tapi, emang belum dibayar aja," katanya.
Imbas dari kejadian tersebut, salah satu peserta sempat didatangi petugas Bank ke rumahnya untuk menagih utang yang belum dibayar. "Bagi kami ini sudah keterlaluan, rumah didatangi oleh pihak bank siapa yang tidak kaget. Terlebih utang ini disebabkan oleh program pemerintah. Makin malu kami kepada orang tua," ucapnya.
Baca Juga: Rela Cuti Kuliah hingga Resign Kerja, Peserta Program Petani Milenial Jabar Kini Terlilit Utang
Pada 30 Januari 2023, pihak CV. Minequ Indonesia berjanji akan melunasi utang mereka, namun belum melakukan pembayaran. "Selama satu tahun, jadinya kami hanya mendapat lelahnya saja. Yang seneng ya yang diatas. Kami pun malu, karena masih dijadikan bahan promosi oleh instansi terkait padahal berbeda jauh dengan cerita di belakangnya," ujarnya.