kievskiy.org

Warga Pamucatan Bandung Barat Alami Gatal dan Sesak Napas, Diduga akibat Polusi Udara Pabrik Kapur

Kepulan asap pabrik pengolahan batu kapur terlihat di perbukitan Karst Citatah, perbatasan Cipatat-Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Senin 5 Juni 2023. Penyakit gatal dan sesak yang diduga akibat polusi udara pabrik itu pun merebak dan menyerang sejumlah warga di Pamucatan, Padalarang.
Kepulan asap pabrik pengolahan batu kapur terlihat di perbukitan Karst Citatah, perbatasan Cipatat-Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Senin 5 Juni 2023. Penyakit gatal dan sesak yang diduga akibat polusi udara pabrik itu pun merebak dan menyerang sejumlah warga di Pamucatan, Padalarang. /Pikiran Rakyat/Bambang Arifianto Pikiran Rakyat/Bambang Arifianto

PIKIRAN RAKYAT - ‎Sejumlah warga terserang penyakit gatal dan sesak napas di Kampung Pamucatan, Desa/Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Penyakit tersebut diduga muncul karena ‎aktivitas pabrik pengolahan batu kapur yang menimbulkan polusi udara.

Salah satu warga Pamucatan yang terserang penyakit gatal adalah Rudi (69). Sudah sekira tujuh bulan, pria yang dikenal dengan Abah Rudi terkena penyakit itu.

"Bingung penyebab, maenya teu puguh-puguh (Saya bingung penyebabnya apa, masa tiba-tiba kena)," kata Rudi di tempat tinggalnya, RT 02 RW 19 Pamucatan, Senin 5 Juni 2023.

Ia juga tak memiliki riwayat menderita penyakit tersebut. Dugaan pun mengarah kepada polusi udara yang terjadi di wilayah Pamucatan akibat kegiatan pengolahan batu kapur oleh sejumlah perusahaan.

Baca Juga: 3 Kelas di SDN Cintalaksana Bandung Barat Rusak, Siswa Harus Belajar Bergantian

Lokasi permukiman warga memang terkepung pabrik-pabrik tersebut. Kualitas udara pun diperkirakan buruk mengingat proses pembakaran batu-batu di pabrik-pabrik juga ada yang menggunakan batubara. Debu-debu dari batuan yang diolah menjadi tepung dan pembakaran batubara pun ditengarai mencemari udara Pamucatan.

"Kumaha kacandak angin (Debu dari pabrik beterbangan terbawa angin)," kata Rudi.

Warga, lanjutnya, banyak juga yang terserang sesak napas. Polusi terjadi karena pabrik juga beroperasi siang malam. Pamucatan paling parah terkena dampak debu itu lantaran lokasinya berada di dekat pabrik-pabrik. Perusahaan-perusahaan pengolahan itu memang memberikan kompensasi terhadap warga yang terdampak. Namun, nilai kompensasinya pun terbilang kecil, hanya kurang dari Rp300 ribu pertahun.

Rudi menegaskan kompensasi itu tak sebanding dengan kondisi warga yang lingkungannnya tercemari polusi dan terserang penyakit. Ia juga memperlihatkan kondisi tubuhnya yang terserang gatal. Gatal, tuturnya, sangat terasa di malam hari hingga ia sempat kesulitan tidur.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat