kievskiy.org

Kereta Cepat Jakarta-Bandung Hadir, Mata Air Hilang dan Musala Bangkrut di Bandung Barat

Tata, warga menunjukkan lokasi mata air Cikedung yang sudah tak berair di kawasan RT 4 RW 1, Kampung Cibonteng, Desa Sumurbandung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Kamis, 10 Agustus 2023. Mata air itu tandas setelah proyek terowongan kereta cepat menerobos di sekitar kawasan tersebut.
Tata, warga menunjukkan lokasi mata air Cikedung yang sudah tak berair di kawasan RT 4 RW 1, Kampung Cibonteng, Desa Sumurbandung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Kamis, 10 Agustus 2023. Mata air itu tandas setelah proyek terowongan kereta cepat menerobos di sekitar kawasan tersebut. /Pikiran Rakyat/Bambang Arifianto

PIKIRAN RAKYAT - Hilangnya mata air yang ditengarai akibat pengerjaan terowongan kereta cepat membuat getir nasib warga. Saking tak percaya mata air andalan sejak lamanya lenyap, warga sempat membuat beberapa sumur masih di kawasan yang sama. Hasilnya, air memang sempat ada, lalu raib tak kembali lagi.

"Daripada aya kereta cepat, mending aya cai (Ketimbang kereta cepat, lebih baik ada air)."

Suara Handi Karya, 45 tahun, lantang menunjukkan kegusarannya setelah mata air yang dikelolanya tandas. Mata air itu berada di sebuah legok dekat tempat tinggalnya di Kampung Cibonteng, RT 2 RW 2, Desa Sumurbandung, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat.

Mata air Pak Kosim. Demikian orang mengenal sumber air yang dipakai oleh lebih dari 100 orang warga itu. Pak Kosim merupakan pengelola mata air sekaligus ayah dari Handi. Selepas sang ayah meninggal, Handi lah yang dipercaya untuk meneruskan pengelolaan mata air tersebut.

Baca Juga: Dampak Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Warga Bandung Barat Kehilangan Akses Air Gratis

Di dekat mata air, dibuat dua jamban serta satu musala untuk keperluan warga. Kini, jamban dan musala tinggal cerita setelah mata air kerontang. Handi memperlihatkan langsung jamban dan musala itu.

Satu jamban kini berubah menjadi tempat menaruh kayu. Sementara di jamban kedua, tersisa keran yang sudah tak lagi mengucurkan air. Kondisi musala lebih memilukan setelah ditinggalkan para jamaahnya. Bagaimana lagi, sumber air untuk berwudu pun sudah tak ada setelah mata air mengering. "Piraku musala bangkrut (Masak musala bisa bangkrut)," ucapnya saat memperlihatkan langsung lokasi itu, Selasa, 8 Agustus 2023.

Hilangnya mata air, tutur Handi, sudah terjadi sekira lima tahun lalu. Sebelum pandemi Covid-19 merebak, jalur terowongan Kereta Cepat Jakarta-Bandung menerobos kawasan tempat tinggal Handi sekira 2019. Mata air pun mendadak lenyap. "Abdi ge olohok naha saat (Saya juga kaget, kok bisa mengering)," ucapnya.

Handi tak percaya mata air andalan warga tersebut tiba-tiba raib. Padahal sebelumnya, bahkan saat kemarau panjang pun, mata air itu tak pernah mengering.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat