kievskiy.org

Ramadhan di Depan Mata, Pengungsi Pergerakan Tanah Bandung Barat Rindu Berpuasa di Rumah

Warga terdampak pergerakan tanah di Cigombong beraktivitas di tempat pengungsian, Gedung Islamic Center, Rongga, Kabupaten Bandung Barat, Selasa, 5 Maret 2024.
Warga terdampak pergerakan tanah di Cigombong beraktivitas di tempat pengungsian, Gedung Islamic Center, Rongga, Kabupaten Bandung Barat, Selasa, 5 Maret 2024. /Pikiran Rakyat/Bambang Arifianto

PIKIRAN RAKYAT - Dua pekan sudah Linna, 41 tahun beserta keluarganya meninggalkan rumahnya di Kampung Cigombong, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat. Ia mengungsi setelah tempat tinggalnya terdampak pergerakan tanah. Sepekan menjelang puasa, kerinduan merambat di hatinya. Ya, momen berkumpul dengan suami dan keempat anaknya serta berbuka di awal puasa bersama di rumahnya sudah tak bisa dilakukan lagi.

"Ayeuna kieu, kumaha (Sekarang begini, mau bagaimana lagi)," ucapnya saat ditemui Pikiran Rakyat di Gedung Islamic Center, Rongga, Selasa, 5 Maret 2024. Rumah tempat keluarga itu pulang dan berkumpul kini sudah tak aman lagi setelah tanah ambles, retak, dan melorot di Cigombong. Dua anaknya yang bekerja di Rancapanggung, Cililin juga tak bisa lagi berkumpul bersama di kediaman mereka saat bulan suci tiba. Demikian pula momen menjelang Lebaran nanti.

Kini, Linna tinggal bersama dua anaknya yang masih kecil di pengungsian. Sementara suaminya yang menumpang di tetangganya, setiap hari menengok mereka. Selain Linna, beberapa anggota keluarganya yang lain, mulai dari ayah, ibu dan saudara-saudara juga tinggal di pengungsian. Di tengah segala kesulitan, ia tetap tetap menjalaninya dengan rida dan ikhlas. Linna awalnya mengungsi ke rumah tetangga saat pergerakan tanah mulai terjadi. Namun, kediaman tetangga tempatnya mengungsi justru bernasib sama: terancam bencana alam itu.

Akhirnya, ia kembali mengungsi. Sesuai arahan pemerintah desanya, Linna pindah ke Gedung Islamic Center, Rongga. Hal serupa dialami warga Cigombong lain di pengungsian, Vera. Perempuan 21 tahun itu tak bisa lagi berjualan takjil di depan rumahnya. Biasanya setiap puasa, ia berjualan kolak, es campur dan gorengan untuk berbuka. Sekarang, usahanya itu tinggal kenangan setelah ia mengungsi ke Islamic Center.

Warga terdampak pergerakan tanah di Cigombong beraktivitas di tempat pengungsian, Gedung Islamic Center, Rongga, Kabupaten Bandung Barat, Selasa, 5 Maret 2024.
Warga terdampak pergerakan tanah di Cigombong beraktivitas di tempat pengungsian, Gedung Islamic Center, Rongga, Kabupaten Bandung Barat, Selasa, 5 Maret 2024.

Momen melaksanakan salat Tarawih bersama di masjid kampungnya juga sudah tak bisa dilakukan. "Rasanya sedih, meskipun berkumpul di satu tempat tapi suasana berbeda," ucapnya. Di pengungsian, ia mengaku tak kekurangan makanan. Meskipun tidur berdempet dengan udara yang panas, hal itu lebih baik dan aman ketimbang bertahan di rumah.

"Takut ada (pergerakan tanah) susulan," ucapnya. Ia juga masih merasa trauma kala tidur di pengungsian karena mengingat suara derak pergeseran tanah saat peristiwa itu terjadi di kampungnya. Kerinduan momen berkumpul di bulan suci juga dirasakan Asep Kurnia, 52 tahun. Warga ‎Cigombong itu mengungsi setelah rumahnya rusak. Ramadhan menjadi ajang keluarganya berkumpul. Anak-anaknya yang tinggal di Cilacap serta Gununghalu dan Bojongsalam pulang ke rumah orang tua mereka. Asep juga bisa berjumpa dengan cucunya.

Pasokan makanan di pengungsian memang terbilang mencukupi. Namun, momen dan suasana sukacita berkumpul dengan keluarga, bertemu anak cucu tak pernah bisa disamai dengan hal itu. Warga Cigombong di pengungsian pun berharap kondisi mereka bisa kembali pulih. Warga juga tak mempersoalkan jika harus berpindah ke tempat tinggal baru atau direlokasi demi keselamatan mereka. Yang jelas, kerinduan menikmati momen berpuasa di rumah tetap terpatri. Di rumah-rumah baru mereka kelak, momen berkumpul di bulan suci barangkali bisa kembali terulang. Semoga.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat