kievskiy.org

Jejak Indra Darmawan, Ajak Masyarakat Sulap Sampah Sungai Citarum agar Bernilai Ekonomis

Peraih Kalpataru 2020, Indra Darmawan.
Peraih Kalpataru 2020, Indra Darmawan. /Pikiran Rakyat/Ririn Nur Febriani

PIKIRAN RAKYAT - Perubahan kondisi di lingkungan rumah memantik keresahan Indra Darmawan (52). Hal itu menimbulkan inspirasi agar tidak terkepung sampah hingga dibuat tidak berdaya.

"Tinggal di Sungai Citarum di kawasan Waduk Saguling, saya merasakan kondisi masa kecil dan sekarang berubah sangat signifikan. Dulu indah, air mengalir jernih. Sekarang, terkepung sampah dan eceng gondok. Miris karena gelarnya sebagai sungai terkotor di dunia," ujarnya, Sabtu, 20 April 2024.

Pria kelahiran Bandung, 7 Maret 1972 ini pun mulai melakukan kegiatan memulung sampah di tahun 2000-an. Namun, hal itu tak cukup membersihkan lingkungan dari sampah.

Pada 2014, dia menginisiasi pendirian Yayasan Bening Saguling Foundation di Kampung Babakan Pari, Desa Cihampelas Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat (KBB). Di tempat tersebut yang merupakan kampung halamannya, lulusan Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran ini mengabdikan diri bagi lingkungan dan masyarakat lewat berbagai gerakan pelestarian sungai. Mulai dari program sekolah berbayar sampah, klinik berbayar sampah, sekolah bagi anak-anak pemulung, fasilitasi perahu bagi pemulung, pemberdayaan masyarakat lewat pemanfaatan gulma eceng gondok disulap menjadi produk kerajinan bernilai ekonomis, hingga koperasi bagi pemulung dan pedagang kecil.

"Ada korelasi pelestarian sungai dan pemberdayaan masyarakat. Mereka dapat ambil manfaat, di sisi lain Sungai Citarum lebih bersih. Dari sampah membuka akses pendidikan bagi anak-anak pemulung, siapa tahu mereka ada yang jadi sarjana karena untuk membebaskan dari jerat kemiskinan salah satunya lewat pendidikan," ujarnya.

Atas dedikasinya, Indra meraih Kalpataru 2020 untuk kategori penyelamat lingkungan. Anugerah itu diberikan Kementerian Lingkungan Hidup atas jasa Bening Saguling Foundation menyelamatkan lingkungan Citarum.

Indra kini merintis lembaga Satu Bumi Lestari, untuk memperluas jangkauan pelestarian lingkungan lewat pengelolaan sampah. "Sampah harus dikelola sejak dari rumah diawali pemilahan. Sampah organik dipakai pakan budi daya maggot, sampah anorganik bernilai ekonomi disetor ke Bank Sampah, sampah residu bisa diolah seperti membuat plastic board. Yang memprihatinkan, sekarang plastik kemasan makanan sangat berlebih dan harus dibatasi penggunaannya," tambahnya.

Menurut dia, sampah di Sungai Citarum bukan hanya berasal dari daerah pinggiran sungai. "Sampah di Sungai Citarum berasal dari rumah masyarakat di 4 kabupaten/kota Bandung Raya. Karena itu, gerakannya harus diperluas tidak hanya pembersihan sampah tapi pencegahan jangan sampai warga buang sampah ke sungai. Kalau tidak dikelola sejak dari darat, sampah bisa masuk ke sungai hingga mengalir sampai ke laut. Kalau sudah begini, dampaknya bakal dirasakan secara global," ucapnya.

Karena itu, dia terus melibatkan masyarakat dalam berbagai aksi peduli lingkungan. "Mengajak masyarakat tidak mudah, namun harus langsung dilibatkan dalam aksi nyata. Masyarakat sebagai subjek membersihkan lingkungan sekaligus objek penerima manfaat dari yang dilakukan. Dengan demikian, masyarakat merasa dihargai dan mau berperan langsung," ucapnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat