kievskiy.org

Soroti Gangguan Kecemasan di Jawa Barat, Ridwan Kamil Ingatkan Bahaya Hoaks dan Informasi Palsu

Pose di sela kegiatan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, yang menggelar webinar bertajuk Menjaga Kesehatan Jiwa di Masa Pandemi, Rabu, 7 Oktober 2020.
Pose di sela kegiatan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, yang menggelar webinar bertajuk Menjaga Kesehatan Jiwa di Masa Pandemi, Rabu, 7 Oktober 2020. /Humas Pemprov Jabar

PIKIRAN RAKYAT - Berdasarkan survei Puslitbangkes Kemenkes 2020, 6,8 persen masyarakat Indonesia mengalami gangguan cemas, 85,3 persennya sebelumnya tidak memiliki riwayat gangguan psikiatri. 

Dari presentasi itu hampir 8 persen berasal dari Jakarta, Jawa Barat, Banten. Ini relevan dengan peningkatan jumlah pasien yang mengalami gangguan cemas ke rumah sakit jiwa Jabar.

Demikian diungkapkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pada kegiatan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat yang menggelar webinar bertajuk "Menjaga Kesehatan Jiwa di Masa Pandemi", Rabu, 7 Oktober 2020.

 Baca Juga: Jelang Live Streaming Portugal vs Spanyol: Luis Enrique Akui Kagum kepada Cristiano Ronaldo

Kegiatan itu sekaligus memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang jatuh pada 10 Oktober 2020.

"Tekanan psikologis juga sangat berat, tingginya angka kematian oleh Covid, informasi ketidakjelasan kapan situasi pandemi akan berakhir, belum hadirnya vaksin, isu isolasi sosial, stigma, kehilangan pekerjaan, perubahan cara belajar mengajar dan tingginya juga kekerasan rumah tangga sebagai dampak terjadinya perceraian itu adalah sesuatu yang tidak bisa kita sepelekan," kata Emil, demikian ia akrab disapa.

Selain itu, beredarnya informasi palsu dan berita bohong kian menciptakan ketakutan serta meningkatkan kekhawatiran secara berlebihan. Karena itu, kedewasaan dalam pemanfaatan media sosial harus terus dikampanyekan. 

 Baca Juga: Fadli Zon: Maaf Sebagai Anggota DPR Saya Tak Bisa Cegah Disahkannya UU Cipta Kerja

"Hari ini masalahnya bukan mencari informasi tapi memilah informasi. Maka situasi berita negatif tentu harus kita kontrol," ujarnya. 

Pandemi juga turut menyasar aktivitas pendidikan anak dan remaja. Berbagai kendala dirasakan para orangtua dan siswa ketika menjalani pembelajaran daring. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat