kievskiy.org

Cerita di Balik Terciptanya Batik Corona, Dipasarkan dari Blitar ke Kota-kota di Indonesia

PERAJIN memperlihatkan batik corona karya disabilitas.*
PERAJIN memperlihatkan batik corona karya disabilitas.* /ANTARA/ho

PIKIRAN RAKYAT – Meski corona bagaikan meteor yang menghantam dunia fashion, namun sebagian perajin malah mendulang untung dari virus penyebab penyakit Covid-19 ini.

Misalnya saja para perajin disabilitas yang tergabung di Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Harapan Mulia Desa Resapombo Kecamatan Doko Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Virus corona justru menjadi sumber inspirasi bagi para difabel di Blitar, dengan terciptanya batik corona.

Baca Juga: Anggota DPR RI Minta Pemerintah Atasi Kelangkaan Gas Subsidi di Tengah COVID-19

Pendamping KSM Harapan Mulia Desa Resapombo, Rita Sukirni Panca Rianik kepada Antara, pada Senin, 20 April 2020, menuturkan bahwa dia mendapatkan inspirasi membuat batik corona.

Tidak sembarang menggambar, batik corona tercipta dengan teknik ciprat motif  setelah merenungkan wabah yang saat ini terjadi.

"Saya merenungkan kok wabah corona ini merebak di mana-mana bahkan mendunia. Dari sini saya angkat sebagai inspirasi batik ciprat," kata Rita.

Baca Juga: Kemenag Gelar Akademi Madrasah Digital 2020 Guna Kembangkan Kreativitas

Rita merasa miris meski wabah sudah sampai ke pelosok-pelosok namun para penyandang disabilitas belum teredukasi sepenuhnya soal bahaya dan penyebaran virus corona.

"Ini juga jadi edukasi kepada mereka dan masyarakat pada umumnya bahwa bentuk dan model virus corona tersebut seperti yang kita gambar di batik," kata dia.

Selain itu, gambar batik yang dibuat jarang-jarang pada kain memiliki pesan bahwa untuk mencegah penyebaran virus warga harus menjaga jarak (physical distancing).

Baca Juga: Kurs Rupiah Hari Ini, Terpengaruh Sentimen Penyebaran Covid-19 di Asia

Ada 27 perajin batik ciprat corona yang terdiri dari para penyandang disabilitas tuna grahita di bawah naungan KSM Harapan Mulia. Namun untuk mencegah wabah virus corona, sementara yang masuk beraktivitas hanya beberapa orang saja.

"Tapi karena harus physical distancing jadi yang aktif hanya beberapa orang saja sesuai pesanan yang ada," kata Rita.

Dalam sehari, KSM Harapan Mulia bisa memproduksi tiga sampai empat lembar batik COVID-19 yang dipasarkan ke berbagai kota di Indonesia.

Baca Juga: Lepas Sementara Mahkotanya, Putri Kerajaan Swedia Turun Tangan di Garda Terdepan COVID-19

"Sudah terjual ke Tangerang, Bandung, Yogyakarta, Malang dan Blitar sendiri. Harganya Rp 150.000 sampai Rp 200.000," kata Rita yang mengatakan batik bisa dipesan secara online atau lewat nomor WhatsApp.

Sementara itu,  warganet heboh saat juru bicara penanganan virus corona (COVID-19), Achmad Yurianto tampil di televisi menyampaikan perkembangan penanganan COVID-19 di Kantor BNPB, Jakarta mengenakan masker wajah berbagai motif batik.

Yuri, sapaan akrabnya juga menjadi pemberitaan saat mengenakan baju batik dengan motif mirip virus corona. Meski banyak yang mengira itu adalah batik bermotif virus corona, nyatanya itu adalah baju koleksi lama sang dokter militer tersebut.

Baca Juga: Kemenag Izinkan Dana BOS untuk Bayar Guru Madrasah Non PNS dan Tidak Mempersyaratkan NUPTK

"Ini baju setahun yang lalu saat peringatan hari AIDS sedunia," kata Yuri kepada ANTARA di Jakarta pada Minggu.

Yuri memang terlihat mengenakan batik bermotif bulat-bulat serupa virus dengan pita berwarna merah putih yang melengkung terjalin mirip pita simbol HIV AIDS.

Pendiri label batik Purana, Nonita Respati mengatakan bahwa motif-motif pada batik klasik memiliki makna filosofis termasuk doa dan harapan dari sang empunya batik itu sendiri.

"Dalam motif batik klasik setiap motifnya dari Parang, Kawung, Sekar Jagad, Truntum misalnya, selain filosofis, ia juga seremonial (memiliki guna digunakan untuk sebuah acara atau upacara)," kata Nonita.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat