PIKIRAN RAKYAT – Tembakan gas air mata yang dilakukan polisi untuk menghalau kerusuhan suporter dalam pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan dinilai menjadi penyebab banyaknya korban berjatuhan.
Suporter Arema FC (Aremania) wilayah Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, mempertanyakan atas dasar apa pihak kepolisian menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton yang tidak ikut melakukan kerusuhan.
Aremania Korwil Bantur The Black Lion Slamet Sanjoko menyayangkan adanya penembakan gas air mata ke arah tribun yang membuat para suporter panik dan berhamburan berusaha keluar tribun,
fBaca Juga: Ketua PSSI Iwan Bule Saat Konferensi Pers Tragedi BRI Liga 1 di Kanjuruhan: Hadirin Sekalian yang Berbahagia
"Kalau yang masuk ke lapangan mungkin masih bisa kami terima karena mereka memang melanggar batas area. Tetapi kenapa yang di tribun salah apa, tapi ditembak gas air mata," ujarnya saat ditemui di Malang, Minggu, dikutip dari Antara.
Selain itu, kata dia, lampu stadion juga sudah dimatikan oleh petugas meski kondisi tribun masih penuh dengan penonton sehingga membuat keadaan semakin tidak terkendali.
Akibat dari penembakan gas air mata tersebut, banyak suporter yang sesak nafas dan berdesak-desakan berebut keluar tribun hingga menyebabkan 125 orang meninggal dan 323 orang mengalami luka.
Pada saat itu, petugas keamanan disebut menggunakan gas air mata untuk membubarkan kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan usai suporter Aremania meluapkan kekecewaannya karena tim idolanya dikalahkan Persebaya Surabaya.