kievskiy.org

Penjualan Seragam Sekolah Mulai Menggeliat Lagi

SEBUAH kios seragam sekolah di Kota Bandung mulai dipadati konsumen, Rabu (22/7/2015). Meski meningkat dari hari biasa, omzet pedagang seragam tahun ini turun drastis dibanding tahun lalu.*
SEBUAH kios seragam sekolah di Kota Bandung mulai dipadati konsumen, Rabu (22/7/2015). Meski meningkat dari hari biasa, omzet pedagang seragam tahun ini turun drastis dibanding tahun lalu.*

BANDUNG, (PRLM).- Setelah sempat sepi selama Ramadan dan libur Idulfitri, tingkat penjualan seragam sekolah di kawasan Bandung Raya mulai kembali bergeliat. Dalam sehari, omzet para pedagang bisa mencapai lima kali lipat dibandingkan dengan hari biasa. Salah seorang pedagang seragam Kota Bandung, Juju (65) mengatakan, lonjakan omset terjadi sejak Senin (20/7/2015) lalu. Meski terlambat dan terbilang lesu, Juju bersyukur dagangannya mulai banyak diburu oleh para ibu rumah tangga dan pengelola sekolah. "Biasanya omzet jelang tahun ajaran baru sudah ramai sejak dua bulan sebelum masuk. Namun sekarang baru ramai setelah lebaran saja," katanya saat ditemui Rabu (22/7/2015). Menurut Juju, omzet seragam sekolah jelang tahun ajaran baru 2015-2016, turun hingga 50 persen dibandingkan dengan musim yang sama tahun lalu. Jika tahun lalu kenaikan omzet jelang tahun ajaran baru bisa 5-6 kali lipat sejak awal liburan, tahun kenaikan terjadi bertahap dan lambat merangkak. Di awal liburan, kata Juju, omzet hanya naik sekitar 2 kali lipat saja. Juju mengaku sempat meraup Rp 3 juta per hari di awal masa libur sekolah. Jumlah itu lebih besar ketimbang hari biasa yang hanya memberikan Juju pendapatan kotor maksimal Rp 1 juta setiap hari. Meskipun demikian, hal itu hanya terjadi hingga beberapa hari menjelang Ramadan. "Dua hari sebelum Ramadan sampai akhir masa libur lebaran, omzet cenderung stagnan dan menurun," ujarnya. Juju melansir, lesunya pasar tahun ini disebabkan oleh berbagai faktor. Selain daya beli masyarakat yang menurun akibat kenaikan sejumlah harga bahan pokok sejak awal tahun, tahun ajaran baru kali ini juga berbarengan dengan Ramadan dan Idulfitri. Menurut Juju, sebagian besar konsumennya mengaku cukup dipusingkan dengan kondisi tersebut. Mereka memang harus membeli seragam sekolah untuk anak sekaligus mempersiapkan kebutuhan pokok menjelang Ramadan dan pakaian serta kebutuhan lain untuk Idulfitri. Hal itu juga dirasakan pedagang lain, Hetty (40). Ia mengaku baru merasakan imbas tahun ajaran baru terhadap kenaikan omzet, setelah Idulfitri. "Mungkin masyarakat kini sudah tenang setelah melewati Ramadan dan Idulfitri, jadi bisa fokus kembali ke kebutuhan penting lain termasuk seragam sekolah anak mereka," ujarnya. Di hulu, salah seorang perajin seragam sekolah, Nurdin (37) juga merasakan lesunya pasar tahun ini. "Biasanya sejak empat bulan sebelum tahun ajaran baru, order pembuatan seragam selalu membludak dan tak bisa semua terlayani. Tahun ini relatif lebih sedikit, sehingga semua order masih bisa ditangani," tuturnya. Sementara itu salah seorang konsumen, Yulia (30) mengatakan, kondisi ekonomi saat ini memang sedang sulit. Penghasilan yang tak banyak mengalami peningkatan membuat Yulia harus pintar-pintar mengatur pengeluaran. "Tahun lalu saya bisa membeli tiga sampai empat pasang seragam baru untuk anak saya, sekarang tidak tahu bisa dapat berapa pasang seragam," katanya. Yulia memaklumi jika harga jual seragam naik setiap tahun ajaran baru. Namun kendala yang besar yang sempat dihadapi adalah lonjakan harga bahan pokok menjelang Idulfitri yang cukup signifikan. "Anggaran yang sejak awal sudah dipersiapkan, terpaksa harus dianggarkan ulang akibat kenaikan harga kebutuhan pokok lebarna kemarin," katanya. (Handri Handriansyah/A-147)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat