kievskiy.org

Rupiah Melemah, Perajin Serat Alam dan Bambu Justru Raup Untung

PERAJIN serat alam di Kecamatan Tanggulangin, Kulonprogo, Yogyakarta sedang menganyam kerajinan mereka. Naiknya nilai tukar dollar terhadap rupiah dinilai menguntungkan eksportir kerajinan bambu di Cebongan Kidul, Tlogoadi, Mlati, Sleman dan pengrajin serat alam di Tanggulangin, Kulonprogo, Yogyakarta.*
PERAJIN serat alam di Kecamatan Tanggulangin, Kulonprogo, Yogyakarta sedang menganyam kerajinan mereka. Naiknya nilai tukar dollar terhadap rupiah dinilai menguntungkan eksportir kerajinan bambu di Cebongan Kidul, Tlogoadi, Mlati, Sleman dan pengrajin serat alam di Tanggulangin, Kulonprogo, Yogyakarta.*

YOGYAKARTA, (PRLM).- Naiknya nilai tukar dolar terhadap rupiah dinilai menguntungkan eksportir kerajinan bambu di Cebongan Kidul, Tlogoadi, Mlati, Sleman dan perajin serat alam di Tanggulangin, Kulonprogo, Yogyakarta. Salah satu yang menikmati hasilnya adalah Muryadi (53) yang sekaligus sebagai ketua Asosiasi Sentra Bambu Sembada. Muryadi beruntung saat nilai tukar dollar tengah naik, ia mendapat pesanan kiriman kerajinan bambu ke Jerman. Menurut Muryadi kepada “PR” Online, Senin (31/8/2015), pada awal bulan September ini pihaknya setidaknya akan mengirimkan 50 buah kerajinan bambu berbagai jenis, baik berupa tirai, rak, hingga meja kursi. Total pembelian oleh pembeli dari Jerman ini mencapai nominal Rp 30 juta. Muryadi mengungkapkan beruntung pada saat penjualan kerajinan tengah lesu, ada pembeli dari luar negeri tertarik dan membeli dengan jumlah yang besar. "Terakhir ekspor ke Jerman juga, itu tahun 2000 awal. Kalau sebelum ini, penjualan sedang sepi karena banyaknya persaingan perajin bambu," tuturnya. Dengan nilai tukar dollar yang tinggi ini, ia bisa mendapat untung sebanyak 15 persen. Keadaan ini pernah dihadapinya sekitar tahun 1998 saat krisis ekonomi yang juga menyebabkan nilai rupiah yang turun. Dalam penjualannya, ia tidak perlu memusingkan pengiriman karena ia bekerjasama dengan perantara. Walaupun diakuinya perantara menaikan harga produk mereka, tetapi pajak yang dikenakan untuk pengiriman ke luar negeri juga ditanggung oleh pihak perantara. Bahkan, kata dia, saat ini ia tengah mengerjakan sisa pesanan berupa tirai sedangkan produk lainnya sudah selesai dikerjakan. "Untuk kisaran harga, satu set meja dengan empat kursi kami pasang harga Rp 600 ribu hingga Rp 1,5 juta. Kalau bulan-bulan kemarin sebelum dollar naik, kita bisa mendapat omzet hingga Rp 15 juta per bulan," tuturnya. Hal serupa juga dialami para perajin serat alamdi wilayah Tanggulangin, Kulonprogo. Mereka kini sedang kebanjiran order yang bahkan kebanyakan pesanan dari Eropa dan Amerika. Pengusaha kerajinan serat alam di Tanggulangin, Agus Riyanto, mengatakan melemahnya rupiah terhadap dollar mengembalikan gairah pasar ekspor serat alam. Belakangan ini, menurutnya, pesanan meningkat 15 persen. "Nilai rupiah terhadap dollar tidak berdampak negatif, dengan catatan harga bahan baku stabil, kebetulan bahan baku buatan sendiri dan tenaganya lokal," katanya. Menurutnya, nilai tukar rupiah yang melemah membuat masyarakat Eropa memanfaatkannya untuk meningkatkan pesanan. Kondisi ini membuat perajin yang memanfaatkan bahan baku lokal dan tenaga sederhana justru beruntung. "Setidaknya saat ini tidak terpengaruh dampak negatif nilai rupiah," ungkapnya. Meski demikian, dia berharap nilai kurs rupiah akan kembali menguat. Dengan demikian, harga kebutuhan di pasar pun akan kembali normal. Pasalnya, meski diuntungkan dalam pasar ekspor serat alam, kondisi ini akan percuma jika harga kebutuhan pokok di pasar melonjak. (Wilujeng Kharisma/A-147)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat