PIKIRAN RAKYAT - Pengusaha menyambut baik kebijakan skema pembayaran dengan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan Indonesia-China (dan beberapa negara lain).
Skema pembayaran local currency settlement (LCS) bisa menjadi alternatif untuk mengurangi kebergantungan dan dominasi mata uang dolar Amerika Serikat (AS).
Di sisi lain, skema pembayaran LCS akan membuat persaingan antara produk lokal dengan produk China semakin ketat.
”Seperti yang kita ketahui, nilai tukar dolar AS bisa berfluktuasi dengan cukup besar, berbeda dengan mata uang RMB yang nilainya dipatok,” kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat, Ning Wahyu Astutik, Selasa 8 September 2021.
Ning Wahyu menilai, dengan skema pembayaran LCS, harga barang-barang impor dari China akan lebih stabil, baik untuk bahan baku maupun produk jadi.
Spekulasi akan semakin kecil dan kestabilan harga bisa terpantau untuk jangka panjang.
”Pengusaha juga bisa mengurangi biaya konversi dikarenakan hanya cukup satu kali melakukan konversi mata uang,” ujarnya.
Harga bahan baku dan produk jadi dari China, menurut Ning Wahyu, juga akan lebih murah.
Hal ini juga akan memberikan keuntungan bagi pengusaha yang menggunakan bahan baku asal China dan pedagang yang menjual produk jadi dari China.
”Pada dasarnya, kebijakan ini akan menguntungkan kedua negara. Bagi pengusaha China, kebijakan ini juga akan bisa menekan biaya pertukaran mata uang,” tuturnya.
Dengan demikian, para pengusaha di China dapat menurunkan harga jual produknya. Ini tentu akan semakin meningkatkan daya saing produk mereka di pasar Indonesia.
Ia tidak menampik, skema pembayaran LCS ini juga akan menimbulkan dampak negatif bagi Indonesia. Pasalnya, sejumlah produk lokal bersaing langsung dengan produk China.
”Skema pembayaran LCS akan membuat persaingan antara produk lokal dengan produk China semakin ketat,” ujarnya.
Secara umum, ia menilai, perubahan ini belum akan berdampak terlalu signifikan. Pasalnya, untuk saat ini, perdagangan yang menggunakan RMB baru dengan China.
”Ekspor dan impor ke dan dari negara-negara lain masih banyak yang menggunakan dolar AS ataupun mata uang lain. Namun demikian, hal ini merupakan langkah awal yang sangat baik dan diperlukan untuk stabilisasi ekonomi yang lebih baik,” tutur Ning.
Baca Juga: Gak Usah Repot Fotocopy Juga Bawa KTP dan STNK ke Samsat, Simak Cara Gunakan Aplikasi SIGNAL
Sementara itu, Akademisi Unpad Yayan Satyakti mengatakan, komposisi ekspor Indonesia-China terdiri atas sumber daya alam tidak terbarukan dan tidak memiliki nilai tambah signifikan.
Kondisi tersebut membuka kekhawatiran kemungkinan produk ekspor Indonesia yang dijual kembali ke Indonesia oleh Tiongkok dengan nilai tambah yang lebih baik akan merugikan Indonesia dari sisi penciptaan nilai tambah.
Komoditas ekspor dominan Indonesia ke China pada 2019, yakni batubara dan sejenisnya sebesar 29,63 persen, minyak kelapa sawit sebesar 13,03 persen, disusul besi dan baja 11,08 persen, dan bijih besi dan debu hasil smelter 8,3 persen, dan pulp wood 7,2 persen.
Pada 2020, ekspor Indonesia ke China didominasi besi dan baja 23,70 persen, minyak dan gas 22,16 persen, minyak kelapa sawit 11,23 persen, pulp wood 6,4 persen, dan bijih besi, debu hasil smelter 4,59 persen.
”Karena yang kita jual barang mentah, jika seperti itu akan negatif dari sisi penggunaan SDA tidak efisien,” katanya.
Baca Juga: Disindir Jadi Mantan Pelit, Rizki DA Minta Lesti Kejora Move On: Terserah, Nanti Jadi Masalah
Yayan menilai upaya LCS tidak semata terkait dengan kepentingan ekonomi tetap sarat dengan hubungan secara geopolitik.
Melalui kebijakan tersebut pembengkakan nilai proyek dan perbedaan nilai tukar yang disebabkan perekonmian AS bisa ditekan. Sehingga ia menekankan Indonesia harus berhati-hati.
”Dengan sistem LCS secara teori akan menolong, mengurangi ketergantungan terhadap dolar, dan memiliki bargaining power. Dengan dolar sangat tergantung dengan kinerja perekonomian AS. Sementara kita juga mengetahui AS dengan tiongkok sedang perang sehingga mitra dagangnya dicoba digeser ke yuan,” katanya.
Dengan demikian, kata Yayan, dengan kebijakan tersebut, Indonesia harus memperoleh manfaat dengan menghitung betul manfaat yang diperoleh jika menggunakan atau tidak menggunakan dolar AS.
Selain itu, pertanyaan lainnya adalah bagaimana dengan kesiapan sistem perbankan Indonesia untuk mendukung kebijakan tersebut
”Sejauhmana masyarakat menggunakan yuan jika dilakukan mendadak, maka bisa jadi demand yuan meningkat signifikan, bagaimana stok yuan, siapkah? Jika tidak siap, bisa kena double, baik yuan maupun dolar AS. Khawatir kita mengalami demand of yuan lebih banyak karena kebijakan ini ketika ada shortage of supply karena aliran yuan tidak bagus malah jadinya bermasalah,” katanya.
Nilai tukar
Tenaga ahli Free Trade Agreement Center (FTA Center) Bandung Arief Bustaman mengatakan, upaya yang dilakukan BI tersebut bagus.
Langkah itu akan menambah diversifikasi mata uang sehingga tekanan rupiah akibat pergerakan dolar AS bisa berkurang.
Hanya dari sudut pandang perdagangan (ekspor-impor) barang maupun jasa, keputusan mata uang yang digunakan tetap bergantung pada kesepakatan antara eksportir dengan importir.
Misalnya, dari informasi yang dimiliki kesepakatan serupa telah dilakukan dengan Jepang pada September 2020 lalu. Akan tetapi, praktiknya, transaksi yang dilakukan dengan pembeli Jepang masih tetap menggunakan dolar AS.
”Kembali lagi kepada preferensi para pihak yang bertransaksi. Banyak pertimbangan yang dilakukan para pihak untuk memutuskan mata uang mana yang akan dipakai dalam transaksi,” katanya.
Pertimbangan tersebut antara lain volatilitas nilai tukar, kemudian untuk perusahaan multinasional umumnya memiliki kebijakan mata uang utama yang digunakan dalam transaksi. Kebijakan tersebut ditetapkan oleh kantor pusat.
”Sehingga bisa saja barang ekspornya memang dari Indonesia ke China, tetapi yang mengoperasikan adalah kantor yang ada di luar Indonesia dan China. Jadi, dalam ekspor, bisa saja terjadi importirnya dari luar China, tapi barangnya dikirim ke China. Ini kembalinya ke preferensi kedua belah pihak akan menggunakan mata uang apa,” katanya.***