kievskiy.org

Kementan Stabilkan Harga Pangan Lewat Gapoktan dan TTI

BANDUNG, (PR).- Kondisi harga komoditas pangan yang fluktuatif dapat merugikan petani sebagai produsen, pengolah pangan, pedagang hingga konsumen dan berpotenso menimbulkan keresahan sosial. Kenaikan harga bahan pangan juga digolongkan sebagai komponen inflasi bergejolak karena mudah dipengaruhi masa panen. Pernyataan tersebut disampaikan Kepala Badan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tati Iriani, SH., MM, saat acara media gathering, Sabtu 14 Mei 2015 di Bandung. Menurut Tati, peningkatan harga komoditas pangan memang dapat berasal dari produsen. Namun menurutnya sumber peningkatan harga tersebut biasanya bersifat fundamental karena didorong oleh meningkatnya harga input produksi atau karena kebijakan pemerintah. "Berdasarkan permasalahan tersebut maka kementerian pertanian (Kementan) melakukan terobosan sebagai solusi permanen dalam mengatasi gejolak harga. Solusinya yaitu melalui kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) melalui Toko Tani Indonesia (TTI)," katanya. Kegiatan tersebut, sambung Tati, secara tidak langsung berperan dalam mengatasi anjloknya harga pada masa panen raya dan tingginya harga pada masa paceklik. Secara teknis, di lapangan Gapoktan akan memasok beras kepada TTI. Dari TTI kata Tati, beras akan dijual kepada masyarakat dengan harga terjangkau. "TTI ini adalah pedagang pangan yang menjadi mitra Gapoktan," jelasnya. Sasaran kegiatan PUPM, katanya, pada tahun 2016 mencapai 500 Gapoktan yang melayani 1000 TTI. "Sedangkan BKP Daerah Provinsi Jawa Barat sendiri terdiri dari 72 dan TTI 191. Jumlah sebanyak itu tersebar di 19 Kabupaten/kota," pungkasnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat