kievskiy.org

Impor Baja Bikin Defisit Neraca Perdagangan, Jokowi Instruksikan 3 Hal

PEMBUATAN mata cangkul di Karangpoh, Padas, Karanganom, Klaten, Jawa Tengah, Rabu 5 Februari 2020. Mata cangkul berbahan dasar besi dan baja itu dijual dengan harga Rp 30.000-150.000per mata cangkul bergantung kualitas.*
PEMBUATAN mata cangkul di Karangpoh, Padas, Karanganom, Klaten, Jawa Tengah, Rabu 5 Februari 2020. Mata cangkul berbahan dasar besi dan baja itu dijual dengan harga Rp 30.000-150.000per mata cangkul bergantung kualitas.* /ALOYSIUS JAROT NUGROHO/ANTARA

PIKIRAN RAKYAT- Peran industri baja sebagai salah satu industri pendukung pembangunan infrastruktur di Indonesia menjadikannya salah satu industri strategis.

Akan tetapi, saat ini baja merupakan komoditas yang masuk 3 Besar impor Indonesia.

Saat memimpin rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu 12 Februari 2020, Presiden Joko Widodo menyebut bahwa impor baja turut berkontribusi terhadap defisit neraca perdagangan dan defisit transaksi berjalan.

"Ini tentu saja menjadi salah satu sumber utama defisit neraca perdagangan kita, defisit transaksi berjalan kita. Apalagi, baja impor tersebut kita sudah bisa produksi di dalam negeri," kata Jokowi.

Baca Juga: Mahasiswa FIB Unpad Rayakan Kelulusan dengan Cara Berbeda

Baca Juga: Jadi Sosok Paling Dicari, Presiden Tiongkok Xi Jinping Akhirnya Muncul dan Sebut Wuhan Sebagai 'Kota Pahlawan'

Berdasarkan hal tersebut, Jokowi memandang bahwa utilitas pabrik baja dalam negeri saat ini masih rendah dan industri baja dalam negeri menjadi terganggu. Menurut dia hal tersebut tidak bisa dibiarkan.

"Kita perlu segera mendorong industri baja dan besi makin kompetitif serta mengoptimalkan kapasitas produksinya sehingga perbaikan manajemen korporasi, pembaruan teknologi permesinan, terutama di BUMN industri baja, harus terus dilakukan," katanya.

Berdasarkan laporan yang diterimanya, Jokowi menyebut bahwa pengembangan industri baja dan besi terkendala bahan baku yang masih kurang.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat