PIKIRAN RAKYAT – Pengamat pertanian Universitas Sebelas Maret UNS Surakarta Mercy Bientri Yunindanova menyebut Indonesia harus memanfaatkan keanekaragaman biji-bijian yang dimiliki, sebagai alternatif pengganti kedelai di tengah kenaikan harga global.
Menurutnya Indonesia bukan hanya kaya dengan ragam biji-bijian, namun juga beberapa di antaranya ada yang telah terbukti dapat diolah menjadi tempe.
"Tak ada yang perlu dikhawatirkan karena banyak alternatif kearifan lokal tentang tempe," kata dosen Agroteknologi Fakultas Pertanian UNS tersebut di Solo, Selasa, 1 Maret 2022, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara.
Mercy menegaskan alternatif budidaya kedelai saja tidak bisa 100 persen mencukupi kebutuhan dalam negeri. Apalagi sistem dan manajemen pengelolaannya belum terpadu.
Baca Juga: Habis-habisan Dikeroyok Skandal, Kalina Ocktaranny Akhirnya Minta Maaf ke Vicky Prasetyo
Saat ini, tingkat produksi kedelai dalam negeri masih terbilang rendah, yaitu sekitar 1,5 ton/hektare dan maksimum di 1,6 ton/hektare di pulau Jawa.
Jumlah tersebut masih memiliki gap signifikan jika dibandingkan dengan Brasil dan Amerika, sebagai leader produsen kedelai yang produksinya bisa mencapai 3,5 ton/hektare.
Dia menambahkan perlu ada proses diversifikasi pangan sumber protein dari alternatif biji-bijian lain sebagai bahan baku yang mendekati kedelai.
Mercy lantas mengatakan ilmu teknologi pangan sudah melakukan penelitian mengenai pemanfaatan biji selain kedelai untuk bahan pangan kaya protein seperti tempe.