PIKIRAN RAKYAT - Tumbangnya Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat yang mendanai banyak perusahaan rintisan di dunia itu juga disorot oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Orang nomor satu di Indonesia ini mengingatkan semua masyarakat di Indonesia untuk berhati-hati dalam kondisi ekonomi global yang tengah genting ini.
Jokowi menilai buntut dari bangkrutnya SVB telah memicu kengerian di pasar keuangan dunia. Tak heran jika bank lain seperti Signature Bank ikutan tumbang selang beberapa hari setelah SVB tutup.
“Kita tahu baru sehari dua hari lalu hal-hal yang tidak terduga muncul. Ada kebangkrutan bank di Amerika, Silicon Valley Bank (SVB), semua ngeri begitu ada satu bank yang bangkrut, dua hari muncul lagi bank berikutnya yang kolaps (Signature Bank),” kata Jokowi.
Pemimpin negara ini tak menampik jika semua pihak akan merasakan efek domino dari kebangkrutan bank tersebut. Untuk mengantisipasi kejadian buruk, Jokowi menekankan bahwa Indonesia harus berhati-hati, terutama dalam penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Baca Juga: Sri Mulyani Analisis Penyebab Kolapsnya Silicon Valley Bank di Amerika Serikat
Hal itu dimaksudkan agar Indonesia tak bergantung dengan produk dan pihak asing. Pasalnya, anggaran negara berasal dari sejumlah lini.
Melansir Antara, APBN berasal dari pajak rakyat, deviden BUMN, royalti pertambangan, dan sumber lain dalam penerimaan bukan pajak. Oleh karena itu, tidak tepat jika APBN hanya dibelanjakan produk impor.
“Kemudian kita belikan produk impor. Kemudian kita belikan produk buatan luar negeri. Bener? Bener? Inilah yang selalu saya ingatkan,” kata Jokowi.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marinves) Luhut Binsar Pandjaitan yakin bahwa runtuhnya SVB pada 10 Maret 2023 lalu tak akan berdampak ke perbankan Indonesia. Hal itu disebut karena modal bank-bank di Indonesia sangat bagus.