kievskiy.org

Immanuel Kant: Filsuf yang Tak Pernah Jatuh Sakit hingga Meninggal karena Makanan Favoritnya

Immanuel Kant.
Immanuel Kant. /Eureka Pendidikan

PIKIRAN RAKYAT - Immanuel Kant adalah seorang filosof besar dengan pemikirannya di bidang moral. Tak hanya mempengaruhi para filsuf setelahnya, pemikirannya juga mempengaruhi umat manusia di penjuru dunia. Kant dijuluki sebagai "raksasa" filsuf yang pernah dimiliki dunia.

Kant dilahirkan di tengah-tengah pemulihan dari kehancuran akibat perang dan wabah penyakit. Ia lahir pada 22 April 1724 di kota terpencil, Prussia Timur, Konigsberg (Jerman).

Kant dibesarkan dalam keluarga penganut Protestanisme yang taat. Semasa hidupnya ia banyak terpengaruh oleh ibunya, Anna Regina Kant, seorang perempuan yang cerdas meskipun tidak mendapatkan pendidikan formal tetapi.

Baca Juga: Asal-usul Air Zamzam, Bukti Kasih Sayang Allah Ta'ala

Ayahnya bernama Johann Georg Kant adalah seorang tukang potong tali yang cekatan. Ia merupakan anak keempat dan memiliki lima saudara perempuan dan satu saudara laki-laki.

Pada tahun 1737, sang ibu meninggal pada saat dirinya berusia 18 tahun. Kemudian, ayahnya meninggal dunia pada tahun 1746 ketika Kant menginjak usia 22 tahun. Hal ini menjadikan dirinya tumbuh mandiri dan penyayang keluarga.

Semasa hidupnya, Kant tidak pernah menderita penyakit. Ia memiliki kebiasaan yang cukup aneh yakni enggan untuk berbicara dan tak ingin menjawab sapaan siapa pun ketika sedang berjalan-jalan di cuaca dingin. Lantaran, ia tak mau membuka mulutnya karena takut terkena demam.

Kant dewasa tinggal di Prinzessinnenstrasse, ia dirawat oleh seorang pembantu tua nan galak bernama Lampe. Orang yang tak pernah jatuh sakit ini meninggal dunia akibat makanan kesukaannya, yakni keju Inggris.

Baca Juga: Asal-usul Ketupat, Makanan yang Dianggap Wajib Ada Saat Idul Fitri dan Idul Adha

Pada 12 Februari 1804, Ia dimakamkan di Katedral, dalam nisannya tertuang sebuah puisi yang menggetarkan: "Langit yang dipenuhi cahaya bintang di atas sana dan hukum moral yang ada dalam diri kita, akan mengisi pikiran kita dengan kekaguman dan keterpesonaan yang selalu baru, dan semakin baik bila kita mau terus-menerus merenungkannya."

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat