kievskiy.org

Perayaan Imlek di Bandung Tempo Dulu: Jejak Akulturasi Budaya yang Tak Terlupakan

Ilustrasi perayaan Imlek.
Ilustrasi perayaan Imlek. /Pexels/Angela Roma Pexels/Angela Roma

PIKIRAN RAKYAT - Perayaan Tahun Baru China atau Imlek sudah dilakukan di Bandung tempo dulu. Warga Bandung bahkan ikut serta dalam kemeriahan Imlek tersebut.

Kemeriahan berlangsung dalam perayaan Imlek di Bandung pada 1950-an. Koran berbahasa Belanda, Algemeen Indisch Dagblad: De Preangerbode pada 4 Februari 1954 memajang foto resepsi meriah di Gedung Kamar Dagang Tingkok dan Bank Komersial di Bandung. Resepsi berlangsung dari pukul 18.00-20.00.

"Banyak yang mengambil kesempatan ini untuk menyampaikan ucapan selamat, tidak hanya kepada tuan rumah dan para wanitanya, namun juga kepada teman-teman dan kerabat Tionghoa mereka," demikian keterangan foto dalam koran tersebut. Wali Kota Bandung R. Enoch serta Komisaris Belanda G.J.A. Veling juga hadir dalam acara tersebut.

Koran yang sama juga memberitakan momen perayaan Imlek yang digelar bersamaan dengan pembukaan sebuah bank pada 28 Januari 1952. Kemeriahan juga berlangsung d‎alam urusan makanan yang melimpah.

"Nu tembong pisan jeung sok jadi ciciren Taun Baru China nyaeta ceuyahna dodol Cina jeung bubuahan, pangpangna rambutan, lengkeng, jeung dukuh (Yang paling terlihat dan jadi ciri Imlek yaitu banyaknya dodol Cina serta buah-buahan, seperti rambutan, lengkeng, dan dukuh)," kata Us Tiarsa R dalam buku, Basa Bandung Halimunan: Bandung Taun 1950-1960-an. Di tiap rumah warga Tionghoa, tutur Us, terdapat dodol yang tengah dijemur.

Warga yang memiliki pohon hanjuang dan bambu juga kecipratan rezeki. Mereka memperoleh uang dengan menjual daun hanjuang dan bambu untuk bungkus bacang. Warga lokal yang bertentangan dengan warga Tionghoa juga kebagian puluhan dodol. Us juga menuturkan, acara paling ramai berlangsung dalam gotong tapekong. Dalam acara arak-arakan tersebut, barongsai hingga liong (singa) turut tampil memeriahkan kegiatan itu.

Akulturasi

Pakar budaya Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Dr. Rahadjeng Pulungsari Hadi, M.Hum dalam keterangan tertulis Humas UI, Rabu 7 Februari 2024 menyebutkan, ada berbagai wujud akulturasi budaya Tiongkok di Indonesia yang banyak muncul saat Imlek.

“Salah satu bentuk akulturasi terkait Imlek di Indonesia adalah perayaan hari ke-15 Imlek, yang disebut sebagai perayaan Cap Go Meh. Lontong Cap Go Meh kemudian menjadi populer, dan disantap saat perayaan hari ke-15 Imlek di Indonesia. Di Tiongkok, tidak ada kebiasaan menyantap lontong Cap Go Meh,” kata Rahadjeng.

Di samping lontong Cap Go Meh, bentuk barongsai di Indonesia juga merupakan wujud akulturasi budaya Tiongkok dan Indonesia, meskipun gerak dan akrobatnya mirip dengan tarian di Tiongkok.

Rahadjeng mengatakan bahwa penamaan ‘barong’ jelas dari Indonesia. Soalnya, di Tiongkok tidak dikenal penamaan itu. Sebenarnya, tarian itu disebut ‘Tarian Singa’ di Tiongkok. Tarian tersebut dihadirkan saat festival musim semi, bersamaan dengan tarian naga. Makna dari tarian itu adalah untuk menghalau energi buruk dan bertujuan untuk melindungi dari energi buruk.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat