PIKIRAN RAKYAT - Belakangan ini muncul polemik seputar Biosphenol A (BPA) yang menyebabkan berbagai masalah kesehatan, bahkan kanker dan gangguan hormonal, seperti kemandulan.
Diskusi pada publik semakin ramai menyusul rencana pelabelan BPA pada air mineral kemasan galon guna ulang.
Sebagaimana diketahui, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berencana untuk meregulasi pelabelan BPA dalam air kemasan galon.
Hal ini dilakukan melalui revisi Peraturan BPOM Nomor 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan, khususnya pelabelan BPA pada Air Kemasan Galon.
Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Aru Wisaksono Sudoyo menilai, sejauh ini belum ada riset yang pasti terkait dampak BPA terhadap kesehatan, dan belum ada riset yang relevan dengan kondisi di Indonesia.
Sejumlah badan kesehatan terkemuka dari seluruh dunia, termasuk Badan Pengawas Obat dan Makanan AS, Health Canada, Otoritas Keamanan Pangan Eropa dan Standar Makanan Australia Selandia Baru, menyatakan bahwa paparan BPA tidak menimbulkan risiko kesehatan atau masalah keselamatan bagi orang-orang dari segala usia (termasuk anak yang belum lahir, bayi dan wanita hamil).
Sayangnya, narasi terkait dengan pengaruh BPA pada kesehatan belum banyak dipaparkan oleh para ahli.
Ia menilai, mengaitkan kanker dengan BPA tidak tepat. Pasalnya, sampai saat ini belum ada buktinya. Ia pun menilai klaim BPA menyebabkan kanker masih tidak cukup datanya.