kievskiy.org

Bayi Tak Bisa Diperlakukan seperti Orang Dewasa, Berdampak pada Perkembangan Mental

Ilustrasi balita.
Ilustrasi balita. /Pixabay/thedanw

PIKIRAN RAKYAT - Parenting atau pengasuhan anak menjadi topik yang terus berkembang di antara orangtua. Parenting itu mulai dari pola asuh yang memberikan pertumbuhan fisik yang sehat, perkembangan emosional yang sehat, serta pembentukan karakter anak yang baik.

Akan tetapi, tidak sedikit orangtua yang mempraktikkan gaya pengasuhan yang tidak memperhatikan kondisi dan kebutuhan anak. Bukan hanya soal asupan gizi untuk pertumbuhan fisik, tapi juga pengasuhan yang berdampak pada psikologisnya.

Beberapa waktu lalu, media sosial ramai dengan video seorang selebgram yang membawa bayinya bermain jetski. Orangtuanya tampak senang dan tertawa, sementara bayinya yang baru berusia 5 bulan tampak wajahnya sangat tegang.

Lalu, ada juga video viral di mana seorang ibu mengaku memberikan kopi susu saset ke bayinya yang berusia 7 bulan. Alasannya, karena toh di dalamnya mengandung susu. Hal itu bahkan sampai mengundang perhatian Presiden Joko Widodo yang juga mengingatkan kader posyandu untuk lebih bergerak lagi ke masyarakat supaya mencegah pemahaman yang keliru.

Baca Juga: Perkembangan Teknologi Perbankan, Memudahkan Konsumen hingga Peluang Kejahatan

Beberapa hari lalu, ada lagi yang viral mengenai bayi belum berusia 1 tahun yang dikerok oleh ibunya. Dalam pernyataan yang ditulis ibunya di media sosial, ia bahkan bangga anaknya tetap tenang saat dikerok.

Asupan, perlakuan, atau kebiasaan yang diterima bayi memang sangat tergantung pada orang tuanya. Akan tetapi, bayi tidak seharusnya diperlakukan seperti orang dewasa, baik dari segi pola makan maupun pola asuh.

Terkait dengan pola makan, itu pun memperlihatkan mengapa masih banyak anak Indonesia yang mengalami stunting atau kegagalan mencapai potensi pertumbuhan. Meski, prevalensi stunting di Indonesia telah turun dari 24,4 persen di tahun 2021 menjadi 21,6 persen di 2022, berdasarkan data Kementerian Kesehatan.

Namun, targetnya sendiri adalah 14 persen di tahun 2024. Standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa prevalensi stunting harus di bawah 20 persen. Karena itulah Kemenkes berencana melakukan intervensi gizi pada ibu sebelum dan saat hamil, serta intervensi pada anak usia 6 bulan sampai 2 tahun.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat