kievskiy.org

Ingin Punya Anak? Jawab Dulu 5 Pertanyaan Peneliti Lingkungan Berikut

Ilustrasi memiliki anak di tengah krisis iklim.
Ilustrasi memiliki anak di tengah krisis iklim. /Pixabay/Pexels Pixabay/Pexels

PIKIRAN RAKYAT – Peneliti kandidat PhD di Monash University Australia, Craig Stanbury, memiliki 5 pertanyaan bagi siapa saja yang ingin memiliki anak di tengah isu lingkungan yang mengkhawatirkan akhir-akhir ini. Saat ini planet Bumi tengah diguncang dengan krisis iklim, ekosistem, dan banyak lagi.

Stanbury menyebut ada dilema bagi orang-orang, dengan kesadaran lingkungan yang tinggi, yang ingin memiliki anak. Keputusan memiliki anak akan berkontribusi terhadap dihasilkannya emisi sepanjang anak tersebut hidup, juga akan ada orang lain yang akan berada di garis kemiskinan di saat planet Bumi bekerja dalam batas kapasitas fisiknya.

Fenomena overpopulasi pun disinggung oleh peneliti tersebut bahwa hal itu bukan hanya tentang jumlah, tetapi juga nilai. Ia pun mencontohkan hidupnya yang tinggal di kota Melbourne, Australia.

“Saya tinggal di dalam kota Melbourne. Ketika saya menghitung jejak ekologis saya, ternyata akan butuh sekitar 4 Bumi untuk dapat memenuhi kebutuhan kita secara adil jika semua orang memiliki gaya hidup seperti saya. Jika gaya hidup setiap orang sama seperti orang Amerika pada umumnya, kita akan membutuhkan lebih dari 5 Bumi,” ujarnya.

Baca Juga: Sampah Plastik Cemari Lingkungan, Menteri Kelautan Ajak Nelayan Jaga Kebersihan Laut

Mengurangi emisi gas rumah kaca

Stanbury yang merupakan peneliti Sydney Health Ethics tersebut menyebut sulitnya mengurangi emisi secepat yang diperlukan untuk mengurangi bencana yang disebabkan perubahan iklim.

“Ada Perjanjian Paris yang bertujuan mencegah pemanasan dunia sebesar 2 derajat Celsius dari sebelum periode industri. Untuk mencapai tujuan ini, kita harus mengurangi separuh emisi saat ini pada tahun 2030, mengurangi separuhnya lagi pada 2040, dan separuh berikutnya pada 2050,” ucapnya.

Dilansir dari laman The Conversation, penerapan Perjanjian Paris itu masih jauh dari harapan. Adapun kesulitan kedua mengurangi emisi gas rumah kaca adalah negara berkembang justru perlu meningkatkan emisi itu demi menghindari kemiskinan.

Baca Juga: Cara Hadapi Tantangan Hidup sebagai Anak Artis dan Pejabat, Ada Bayang-bayang Orangtua

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat