kievskiy.org

Diabetes Tak Terkontrol Bisa Sebabkan Kebutaan Permanen

Diabetes tak terkontrol picu kebutaan permanen.
Diabetes tak terkontrol picu kebutaan permanen. /Dok. RS Santosa

PIKIRAN RAKYAT - Penyakit diabetes yang tidak terkontrol akan meningkatkan risiko terjadinya komplikas pada beberapa organ di tubuh. Salah satu komplikasi yang dapat terjadi adalah mikroangiopati. 
 
Kondisi ini sering terjadi pada lapisan saraf penglihatan kita, yaitu lapisan retina. Jika komplikasi ini terjadi, maka akan terjadi penyakit yang disebut retinopati diabetika/ diabetic retinopathy (DR). Penyakit ini menyebabkan terjadinya kebocoran pada pembuluh darah di retina, sehingga jika tidak ditangani akan menyebabkan terjadinya perdarahan vitreus, kerusakan saraf retina, dan glaucoma, dan berakhir dengan terjadinya kebutaan. 
 
Retinopati Diabetika merupakan penyebab kebutaan utama pada pasien berusia 20-64 tahun di seluruh dunia. World Health Organisation (WHO) menyatakan bahwa DR adalah penyebab kebutaan pada 4,8% dari seluruh 39 Juta penderita buta di dunia. 
 
"Sementara di Indonesia, DR merupakan komplikasi kedua terbanyak pada penderita diabetes setelah nefropati," ujar dokter spesialis mata dari Santosa Hospital Bandung Center dr. Ohisa Harley, Sp.M(K).
 
Saat ini diperkirakan terdapat lebih dari 170 juta penderita DM di seluruh dunia dan diperkirakan akan mencapai 366 juta penderita pada tahun 2030 nanti. Semakin meningkatnya jumlah penderita diabetes akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit retinopati diabetika ini. 
 
Kadar gula darah yang tinggi yang terjadi dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel endotel. Sel ini berfungsi untuk menjaga integritas dinding pembuluh darah. Kerusakan dinding ini akan menyebabkan terjadinya kebocoran vascular, sehingga akan menimbulkan terjadinya perdarahan. 
 
Hal ini menyebabkan menurunnya asupan oksigen pada jaringan retina. Kondisi hipoksia ini menyebabkan tumbuhnya pembuluh darah baru yang disebut neovaskularisasi (NV). 
 
Hingga pada stadium ini, penglihatan pasien bisa saja masih dalam kondisi baik-baik saja. Akan tetapi, NV yang sudah tumbuh ini gampang bocor sehingga sewaktu-waktu dapat menimbulkan risiko terjadinya perdarahan di tengah bola mata dan ablasio retina traksional, yang terjadi akibat tumbuhnya selaput di sekitar neovaskularisasi tersebut. 
 
"Kedua hal ini jika tidak segera ditangani akan meningkatkan risiko terjadinya kebutaan yang permanen," tutur Ohisa.
 

Pencegahan 

 
Ada dua hal penting yang perlu dilakukan untuk mencegah kebutaan permanen. Pertama, menjaga kestabilan kondisi sistemik dengan baik. Kedua, melakukan pemeriksaan skrining retinopati diabetika dengan funduskopi. 
 
Ohisa melanjutkan, skrining DR perlu dilakukan saat pertama kali terdiagnosa DM tipe 2, setelah 5 tahun menderita DM tipe 1, dan saat terjadinya DM pada kehamilan. Skrining ini sangat penting dilakukan karena hingga pada awal derajat berat, penglihatan bisa saja masih belum ada keluhan. Akan tetapi, pada kondisi ini, dapat tiba-tiba berubah menjadi buram mendadak akibat pecahnya pembuluh darah. 
 
Penanganan kasus retinopati diabetika dapat dilakukan melalui tindakan laser retina, penyuntikan obat anti-VEGF intravitreal , dan operasi vitrektomi. Penentuan jenis tindakan tergantung seberapa berat derajat DR yang terjadi. 
 
"Semakin cepat ditangani semakin memberikan hasil yang lebih baik. Jika ditangani dengan segera sebelum kerusakan saraf terjadi, maka penglihatan dapat dikembalikan seperti semula," ujar Ohisa. ***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat