kievskiy.org

Tak Hanya bagi Korban, Cyberbullying juga Berdampak pada Pelaku dan Lingkungan

Ilustrasi cyberbullying.
Ilustrasi cyberbullying. /Pexels/RODNAE Productions

PIKIRAN RAKYAT - Cyberbullying atau perundungan dunia maya semakin marak terjadi. Kemunculan teknologi digital memudahkan seseorang melakukan perundungan di dunia maya. Media sosial, platform chatting, dan platform game menjadi wadah bagi seseorang yang hobbynya melakukan tindakan menyimpang ini.

Sebelum ada internet pun perundungan di lingkungan sosial masih sering terjadi, entah itu di sekolah maupun tempat bermain. Tindakan cyberbullying maupun bullying sering kali terjadi secara bersamaan. Meningkatnya penggunaan internet di masyarakat membuat perilaku bullying menyebar ke media sosial. Jika perundungan terjadi di media sosial, kita dapat membantu untuk menghentikan perilaku ini karena adanya rekam jejak digital atau catatan yang ditinggalkan.

Cyberbullying merupakan situasi saat seseorang merasa tidak nyaman terhadap komentar, informasi, atau gambar yang ditujukan kepada dirinya dengan tujuan menyakiti, mengintimidasi, menabur kebohongan, hingga menghina unggahan yang diunggah di internet, jejaring sosial, atau teknologi digital lainnya yang dilakukan orang lain.  

Dikutip dari laman unicef.org, terdapat 41 persen siswa pernah mengalami beberapa kali perundungan dalam sebulan pada usia 15 tahun. Anak muda berusia 14-24 tahun telah disurvei melalui platform keterlibatan anak muda UNICEF U-Report, terdapat 45 persen dari 2.777 anak muda mengatakan mereka pernah mengalami perundungan siber.

Baca Juga: Ramai Kasus Perundungan, Simak 4 Hal yang Bisa Dilakukan Orangtua Jika Anaknya Menjadi Korban Bullying

Dari data di atas, dampak cyberbullying bagi korban adalah pada psikologisnya. Pasalnya korban mudah depresi, marah, suka menyakiti diri sendiri, serta timbul perasaan gelisah dan cemas. Tidak sedikit pula seseorang melakukan percobaan bunuh diri. Selanjutnya ada dampak sosial yang membuat korban menarik diri dari lingkungan, hilangnya kepercayaan diri, dan menjadi lebih agresif kepada teman dan keluarga.

Dampak terakhir yang dialami korban adalah pada kehidupan sekolah. Umumnya terjadi penurunan prestasi akademik, tingkat kehadiran yang menurun, dan perilaku berbuat masalah di sekolah. Perilaku cyberbullying membuat korban malu dan enggan membicarakan masalah tersebut karena adanya perasaan ditertawakan atau dilecehkan oleh orang lain.

Selain itu, cyberbullying juga berdampak pada pelaku. Pelaku cyberbullying cenderung lebih agresif, memiliki watak yang keras, emosian atau mudah marah, kurangnya rasa empati kepada sesama, implusif, dan dijauhi oleh orang lain.

Tak hanya bagi korban dan pelaku, ternyata cyberbullying berdampak pula kepada yang hanya menyaksikan. Dalam keadaan ini, sebagian orang mungkin akan bergabung dengan pelaku karena merasa takut menjadi sasaran selanjutnya dan mungkin beberapa lainnya hanya diam tanpa melakukan apapun. Jika hal ini dibiarkan dan tidak adanya tindak lanjut, penindas merasa untuk tidak perlu menghentikannya karena berasumsi bahwa perilaku tersebut diterima secara sosial. (Opah)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat