kievskiy.org

Fakta Ilmiah Mengejutkan Soal Air Susu Ibu (ASI) dan Susu Formula

Ilustrasi pemberian ASI dan susu formula pada bayi.
Ilustrasi pemberian ASI dan susu formula pada bayi. /Freepik Freepik

PIKIRAN RAKYAT - ASI dianggap sebagai pilihan utama untuk makanan pertama bayi. WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) merekomendasikan bahwa bayi harus disusui secara eksklusif selama enam bulan pertama kelahirannya. ASI juga kaya akan antibodi ibu, dan memiliki sifat anti-infeksi. ASI juga merupakan makanan yang dinamis dan mudah beradaptasi – lebih berlemak di sore dan malam hari daripada di pagi hari, misalnya. 

Ketika mulut bayi menempel pada payudara ibu, semburan susu pertama, atau foremilk, encer dan tinggi laktosa, membuat dahaga bayi terpuaskan. Kemudian, berikutnya ada hindmilk, yang teksturnya lebih creamy dan lebih berlemak, membuat bayi lebih cepat kenyang. Aspek dinamis ini adalah salah satu alasan mengapa ASI sulit untuk ditiru, meskipun ada banyak kemajuan dalam kualitas susu formula bayi. “Air susu ibu bervariasi selama menyusui, sepanjang hari, dari awal sampai akhir menyusui, dan sampai batas tertentu pada faktor ibu seperti dietnya,” kata Mary Fewtrell, seorang profesor nutrisi pediatri di University College London, yang menerbitkan penelitian yang masih ditinjau tentang laktasi. Sementara susu formula tak memiliki variasi yang dipunyai ASI. 

Fewtrell menyoroti bahan nonnutrisi dalam ASI , seperti hormon, sel (termasuk sel induk), microRNA (untaian kecil materi genetik), yang memberikan khasiat unik. “Kami masih belum sepenuhnya memahami peran dari semua komponen ini, tetapi... kemungkinan besar mereka memungkinkan ibu untuk mengirimkan informasi kepada bayi tentang pengalamannya dan lingkungan. Itulah sebabnya menyusui kadang-kadang digambarkan sebagai penyesuaian nutrisi (personalized nutrition)," kata Fewtrell. seperti dilansir laman BBC.

Namun, sementara lebih dari 80 persen bayi di AS disusui pada awal kelahiran mereka, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, angka itu turun menjadi 58 persen setelah bayi berusia enam bulan. Lembaga kesehatan telah mencoba meningkatkan angka itu, misalnya dengan menawarkan lebih banyak dukungan menyusui kepada ibu. 

Mendiagnosis dan mengobati kondisi seperti tongue-tie pada bayi juga dapat membantu. Tongue-tie adalah kelainan pada frenulum lidah bayi sehingga berukuran terlalu pendek yang membuat bayi sulit menyusu.

"Untuk bayi, satu-satunya alternatif yang aman jika bayi tidak disusui adalah susu formula yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan normal," katanya.

Formula yang lebih baik

Pembuatan susu formula telah berkembang pesat selama beberapa dekade terakhir. Sepanjang abad ke-19 dan awal abad ke-20, pemberian susu botol bukanlah pilihan yang aman. Di panti asuhan selama awal 1900-an, sebanyak 80 persen bayi yang diberi susu botol meninggal selama tahun pertama kehidupan mereka. Penyebabnya, infeksi dari botol yang tidak steril. Sejak susu formula untuk bayi pertama kali diproduksi secara komersial pada tahun 1865, produksinya hanya menggunakan empat bahan utama (susu sapi, tepung gandum dan malt, dan kalium bikarbonat), tetapi kini kandungan nutrisinya telah disempurnakan dengan cara yang luar biasa.

Beberapa sumber lemak sering digunakan dalam susu formula, termasuk susu sapi atau susu kambing. Selain itu, minyak nabati seperti kelapa sawit, bunga matahari atau lobak, ditambah asam lemak juga kerap ditambahkan dalam pembuatan susu formula. Salah satu asam lemak yang disebut DHA (asam docosahexaenoic, sejenis lemak omega-3), diyakini berperan penting dalam perkembangan bayi. Oleh karena itu, DHA kini menjadi bahan wajib susu formula di Uni Eropa.

Dalam ASI, karbohidrat utama adalah laktosa. Dalam susu formula, laktosa biasanya ditambahkan ke dasar susu bubuk skim dan ditambah mmaltodextrin(karbohidrat yang berasal dari jagung atau kentang). Di Inggris, glukosa tidak dikonsumsi secara rutin, tetapi di Amerika Serikat, glukosa seperti sirup jagung, biasa digunakan. Penggunaan gula ini meningkatkan risiko kerusakan gigi pada bayi ketika gigi mereka tumbuh.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat