kievskiy.org

DBD Bisa Fatal hingga Berisiko Kematian, tapi Bisa Dicegah dengan Cara Berikut

Ilustrasi nyamuk demam berdarah.
Ilustrasi nyamuk demam berdarah. /Pexels/Jimmy Chan

PIKIRAN RAKYAT - Penyakit akibat virus dengue telah menjadi penyakit yang kasusnya muncul sepanjang tahun, meski peningkatannya terjadi ketika memasuki musim hujan. Penanganan yang terlambat dan pemahaman yang salah tentang demam dengue membuat penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) bisa berakibat fatal sampai risiko kematian. Namun, penyakit ini pun sebenarnya bisa dicegah sejak awal.

Risiko kematian bisa muncul karena masyarakat kurang mengenali gejala-gejalanya sehingga menjadi kurang waspada. Meski memang, gejala demam dengue dan DBD memiliki karakteristik yang kurang khas sehingga sering disalahartikan sebagai demam biasa.

Menurut dokter spesialis anak, Harsono Budiprananto, gejala yang paling khas adalah panas badan yang mendadak tinggi. Panas tinggi itu tidak dimulai dengan suhu hangat, melainkan mendadak tinggi dan bertahan di suhu yang tinggi.

"Panasnya manteng di atas terus, dikasih obat turun sebentar lalu naik lagi. Dikasih obat turun lagi sedikit, lalu naik lagi. Itu berlangsung terus," kata Harsono yang berpraktik di RS Melinda 2 Kota Bandung, Sabtu, 8 Juli 2023.

Baca Juga: Selama Musim Hujan, Demam Berdarah Paling Sering Intai Anak-anak

Karakteristik panas akibat virus dengue adalah pelana kuda. Tiga hari pertama adalah fase panas tinggi. Tiga hari berikutnya, itu merupakan fase kritis saat panas tubuh justru turun. Setelahnya, pasien baru memasuki fase penyembuhan saat panas tubuh naik lagi dan kemudian turun dengan stabil.

Selain panas tinggi, kata Harsono, gejala lainnya mirip seperti influenza. Pasien akan mengalami sakit kepala, sakit otot, tulang, dan sendi. Selain itu, ada gejala berupa gangguan di pencernaan seperti mual, muntah, dan mencret.

Sementara itu, bintik-bintik merah yang dulu disebutkan sebagai gejala khas DBD, ia mengatakan bahwa saat ini sudah tidak menjadi gejala khas. Alasannya, bintik merah itu bahkan sering kali tidak muncul di tubuh pasien.

"Saat panas turun, orang tua menganggap anak sudah mau sembuh, padahal sedang kritis-kritisnya, Itu yang bisa menyebabkan terlambat penanganannya. Apalagi kalau ditambah batuk pilek, maka akan dianggap demam biasa," ujarnya menambahkan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat