kievskiy.org

Toxic People, Penyebab Banyaknya Angka Perceraian di Indonesia

Ilustrasi toxic people.
Ilustrasi toxic people. /Pixabay/mohamed Hassan

PIKIRAN RAKYAT - Angka perceraian di Indonesia menunjukkan peningkatan. Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG (K) berujar, peningkatan itu terjadi sejak 2015.

Hasto berujar, angka perceraian di Indonesia meningkat pesat sejak 2015, dan pada 2021 angkanya mencapai 581 ribu kasus perceraian, sedangkan jumlah pernikahan setahun 1,9 juta. Menyoroti tingginya angka tersebut, Hasto menilai, penyebab utama tingginya angka perceraian itu karena toxic people.

"Saat ini, (angka) perceraian tinggi karena banyak keluarga keluarga asalnya adalah orang toxic bertemu orang waras, orang waras bertemu orang toxic atau orang toxic bertemu orang toxic akhirnya kelahi terus dan terjadilah perceraian,” tutur dia saat Konsolidasi Nasional Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) di Asrama Haji, Jakarta Timur, Jumat, 27 Oktober 2023. 

Dia mengatakan, mendidik keluarga cukup dengan asah, asih dan asuh.

Baca Juga: Pendaki Wajib Tahu, Hal-Hal Kecil akan Berakibat Fatal di Alam Bebas

"Asah diajari ilmu agama yg baik, asih dikasihani dengan sebaik baiknya," tuturnya, "asuh diimunisasi kemudian diberikan perlindungan yang baik."

Kepala BKKBN pun menerangkan, pembangunan keluarga merupakan pondasi utama tercapainya kemajuan bangsa.

Trauma bagi anak

Psikolog anak dan keluarga Vera Itabiliana Hadiwidjojo mengungkapkan, perceraian orangtua berpotensi menimbulkan trauma pada anak-anak.

"Tapi semua bergantung pada bagaimana orangtua menjelaskan mengapa ini harus terjadi," kata dia, "bagaimana proses perceraian berjalan apakah damai atau penuh kericuhan, dan juga bagaimana anak-anak menjalani kehidupan setelah perceraian."

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat