kievskiy.org

Empat Tahun Setelah Pemungutan Suara Brexit, Inggris Resmi Tinggalkan Uni Eropa

Warga Inggris tak lagi bebas bepergian ke negara-negara Uni Eropa sebagai dampak Brexit
Warga Inggris tak lagi bebas bepergian ke negara-negara Uni Eropa sebagai dampak Brexit /Pixabay/Stux


PIKIRAN RAKYAT - Inggris Raya atau Britania Raya resmi meninggalkan orbit ekonomi dan politik Uni Eropa sejak pemungutan suara atau referendum Brexit pada 2016 lalu.
 
Brexit menjadi pergolakan bersejarah yang  telah memecah belah warga Inggris secara politik dan menandai pergeseran terbesar Negeri Sepak Bola itu di panggung global di zaman modern.

Mengutip Aljazeera, saat jam menunjukkan pukul 11 ​​malam di London pada Kamis 31 Desember 2020, periode transisi Brexit berakhir dan Inggris keluar dari pasar tunggal dan serikat pabean blok Uni Eropa.

Baca Juga: Malam Tahun Baru 2021 Berjalan Lancar, Kapolri Idham Azis: Alhamdulillah Masyarakat Patuh

Pendukung Brexit mengklaim langkah itu akan membebaskan Inggris untuk mengejar peluang baru sebagai kekuatan global yang independen.

Namun, para kritikus mengatakan langkah itu membalikkan integrasi beberapa dekade dengan tetangga terdekatnya dan mengancam untuk memecah Inggris, membahayakan ekonomi negara dan mengurangi kedudukan internasionalnya.

“Ini adalah momen yang luar biasa bagi negara ini,” kata Perdana Menteri Boris Johnson dalam pesan Malam Tahun Barunya.

Baca Juga: Pada Tahun 2021 UNICEF Perkirakan Akan Ada 140 Juta Kelahiran Bayi, Harapan Hidup hingga 84 Tahun

"Kami memiliki kebebasan di tangan kami dan terserah kami untuk memanfaatkannya sebaik mungkin," ujarnya.

Pergeseran penting pada Malam Tahun Baru 2021 itu terjadi lebih dari empat tahun setelah sebagian kecil warga Inggris memberikan suara mendukung pengunduran diri dari Uni Eropa dalam referendum pada Juni 2016 lalu.

Referendum Brexit memicu krisis politik di Inggris yang secara efektif mengakhiri karier politik dua pendahulu PM Johnson yakni mantan PM Theresa May dan David Cameron, yang mempolarisasi bangsa, menyaksikan peningkatan xenofobia dan hubungan yang memburuk dengan blok Uni Eropa tersebut sebagai mitra dagang terbesarnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat