PIKIRAN RAKYAT – Tahun ini merupakan masa jabatan pertama Presiden AS terpilih, Joe Biden di Oval Office. Sedangkan disisi lain bagi Donald Trump, tahun ini adalah masa jabatan terakhirnya di kursi kepresidenan.
Pergantian jabatan ini kini menjadi harapan terkait perbaikan praktis dalam negosiasi senjata nuklir dengan Korea Utara.
Kepribadian Trump dan ketidakstabilan yang berbeda sebagai seorang pemimpin menawarkan apa yang oleh para analis sebut sebagai 'peluang' untuk menerapkan pendekatan tekanan maksimum terhadap denuklirisasi Korea Utara.
Baca Juga: BPJS Kesehatan Buka Lowongan Kerja di 6 Bidang, Pendaftaran Hanya Sampai 5 Januari 2021
Sebelumnya usaha Trump untuk merayu Kim Jong-un melalui KTT Singapura dan Hanoi secara tragis gagal.
Bukan keuntungan yang didapat, tetapi titik awal ketegangan yang meningkat antara keduanya, AS-Korea Utara.
Faktanya, KTT tidak banyak membantu dalam hal pengendalian senjata dan provokasi Korea Utara terhadap Korea Selatan yang terus berlanjut tanpa ada kata 'damai' selama masa kepresidenan Trump.
Baca Juga: Berawal dari Perjodohan, Ayu Ting Ting Benarkan Kabar Rencana Pernikahannya dengan Adit Jayusman
Celah dalam penerapan Trumpian memberikan kerugian bagi AS seperti kegagalan untuk memblokir pengadaan uang asing Korea Utara atau untuk memanfaatkan sepenuhnya kerentanan keuangannya, serta ketidakkonsistenan terhadap kebijakan terkait dengan Korea Selatan. Kasus tersebut, tentunya secara efektif menyebabkan kegagalan bagi Amerika.