kievskiy.org

Planet Merkurius Melintasi Matahari

LONDON, (PR).- Para penikmat angkasa di seluruh dunia melihat fenomena langka, di mana planet Merkurius transit melewati Matahari, pada Senin 9 Mei 2016. Planet terkecil dalam sistem Tata Surya ini melintas langsung di antara Bumi dan bintang mulai pukul 11:12 GMT sampai 18:42. Transit di bulan Mei hanya terjadi setiap 13 atau 33 tahun sekali, selanjutnya Merkurius akan kembali melintas pada tahun 2019 dan 2032 nanti. Peristiwa ini tidak mungkin - dan berbahaya - jika dilihat dengan mata telanjang atau teropong, namun kelompok-kelompok astronomi di seluruh dunia menawarkan kesempatan melihatnya melalui teleskop yang menggunakan filter khusus. Pemandangan yang diambil dengan teleskop dari luar angkasa dan bumi disiarkan secara streaming online. Mereka memperlihatkan planet Merkurius yang berbentuk seperti piringan hitam yang lebih kecil dan lebih gelap dari bintik-bintik matahari, lalu perlahan melintasi piringan raksasa berwarna kuning yaitu Matahari. Planet Merkurius berputar mengelilingi Matahari setiap 88 hari, namun orbitnya relatif miring terhadap Bumi. Hal inilah yang membuat tiga benda ini relatif jarang terlihat sejajar di ruang angkasa. Planet Merkurius melintasi matahari selama 7,5 jam dan bisa disaksikan secara keseluruhan dari Eropa Barat, bagian tenggara Afrika dan sebagian besar Amerika. Satu-satunya benua yang tidak bisa melihat peristiwa ini adalah Australia, Asia Timur dan Antartika. Bagian dari planet ini (lihat peta di bawah) akan terlihat sewaktu transit, tergantung dari waktu matahari terbit dan terbenam di masing-masing tempat. Karena Merkurius ukurannya sangat kecil - hanya sepertiga dari besarnya Bumi dan, dari sudut pandang kami, 1/150 dari diameter Matahari - maka peristiwa transitnya planet ini hanya bisa dilihat sekilas dengan peralatan khusus. Bahkan "teropong gerhana" yang digunakan oleh ribuan orang untuk mengamati gerhana matahari terahir pada tahun ini pun akan sia-sia. Asosiasi Astronomi Inggris menjelaskan dalam websitenya, para penikmat angkasa amatir harus menggunakan teleskop dengan filter khusus yang sama dengan teleskop yang digunakan untuk melihat gerhana matahari. Hal ini dimaksudkan agar mereka bisa mengamati peristiwa ini dengan aman dan terhindar dari kerusakan mata. Prof David Rothery dari Universitas Terbuka, mengatakan tidak ada peluang untuk menelurkan buku ilmu pengetahuan dari peristiwa seperti ini - namun hal ini tetap merupakan kejadian luar biasa. "Dari peristiwa transitnya planet Merkurius ini, kita tidak mungkin belajar sesuatu yang kita belum tahu," katanya kepada progran BBC Inside Science. "Namun ini adalah sebuah momen yang hebat menunjukkan Merkurius kepada orang-orang. Itu adalah planet yang sulit untuk dilihat. Secara historis, ini adalah peristiwa yang sangat besar." Pada tahun 1700-an, misalnya, para astronom yang dipimpin oleh Edmund Halley, mengamati planet Merkurius dan Venus yang tergelincir di Matahari, telah mengubah dimensi Tata Surya yang diketahui. Prof Rothery adalah seorang ahli Merkurius dan ilmuwan terkemuka pada misi BepiColombo Badan Antariksa Eropa untuk planet kecil, yang akan diluncurkan pada 2017 atau 2018. Dua wahana angkasa dari NASA pernah diterbangkan untuk mengunjungi planet Mercury: Mariner 10 terbang ke planet itu pada tahun 1974 dan 1975, lalu Messenger menghabiskan empat tahun dan menabrakkan diri di permukaan planet tersebut pada 2015 untuk mengakhiri misinya. "Wahana Messenger sudah mengatakan banyak kepada kami tentang planet Merkurius yang tidak kami pahami. Karena ada banyak hal yang tidak tersusun," kata Prof Rothery. "Itu adalah planet yang pengap, dengan banyak kawah. Tapi sudah ada sejarah panjang tentang aktivitas gunung berapi di dana, aktivitas kesalahan - dan komposisi, yang mulai terungkap oleh Messenger, aneh." "Pada permukaannya terdapat zat besi yang sangat sedikit, tetapi pasti ada zat besi ginormous, karena menghasilkan sebuah medan magnet, yang tidak dimiliki oleh planet Venus, Mars dan bulan."***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat