kievskiy.org

Satu Lagi Sandera WNI Selamat dari Pemenggalan Abu Sayyaf

MANILA, (PR).- Satu lagi pelaut Indonesia berhasil kabur saat akan dipenggal kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan. AP melaporkan, Kamis 18 Agustus 2016, pelaut yang telah disandera kelompok simpatisan ISIS selama 2 bulan tersebut bernama Ismail. Sebelumnya, dilaporkan jika pelaut lainnya, Mohammad Sofyan juga berhasil menyelamatkan diri saat akan dipenggal. Sama dengan Sofyan, Ismail juga kabur dengan berenang. Namun, Sofyan diselamatkan oleh sejumlah anggota militer di tepi Pantai Barangay setelah berenang ratusan meter. Sementara Ismail ditemukan nelayan Desa Barangay yang saat itu sedang mencari ikan. Jala sang nelayan menyangkut di tubuh Ismail yang saat itu tampak kelelahan usai kabur dari sekapan Abu Sayyaf. Juru bicara Komando Minandao Barat Mayor Filemon Tan mengatakan, Ismail dan Sofyan saat ini berada di kota Jolo. Dalam sejumlah foto yang dipublikasikan militer, tampak kedua kru kapal tongkang Charles TB tersebut dalam keadaan sehat. Mereka tampak sedang mendapatkan pengarahan dari militer setempat. Menurut Filemon, adalah hal yang biasa sandera berusaha melarikan diri dan ini sering terjadi di Filipina Selatan. Namun tak banyak dari mereka sukses dalam pelariannya itu lantaran tak familiar dengan lokasi dan juga kendala bahasa. Otoritas militer Filipina, kata Filemon, telah meningkatkan serangan militer terhadap kelompok garis keras tersebut sejak 2 warga Kanada dipenggal Abu Sayyaf pada April 2016 lalu setelah uang tebusan yang diminta tak dibayarkan pemerintah Kanada. Saat ini masih ada 16 sandera asing lainnya termasuk 9 orang Indonesia yang ditawan. Warga lainnya yang masih ditawan Abu Sayyaf adalah 5 orang Malaysia, 1 warga Norwegia, 1 orang Belanda, dan 5 warga Filipina. Para ektremis Abu Sayyaf sebenarnya telah mengultimatum pemerintah Indonesia untuk segera membayar uang tebusan bagi para WNI yang disandera. Jika tidak, mereka mengancam akan memenggal semua WNI pada 15 Agustus lalu. Namun, tampaknya pemenggalan tersebut belum dilakukan. Di saat yang sama, dua pelaut Indonesia berhasil kabur di tengah ancaman pemenggalan. Penculikan WNI oleh Abu Sayyaf bukan hanya terjadi sekali tetapi sudah berulang kali. Mayoritas berhasil diselamatkan setelah membayar uang tebusan. Kebijakan membayar uang tebusan ini dikritik karena telah membuat Abu Sayyaf menilai WNI menjadi sapi perahan. Abu Sayyaf sangat mengandalkan pemasukan dari uang tebusan untuk membiayai kegiatan operasional mereka termasuk membeli senjata. Oleh karena itu, PBB telah lama mendesak semua negara yang warganya menjadi korban pemerasan kelompok ektremis untuk tak membayar uang tebusan. Selain Abu Sayyaf, kelompok ISIS, Boko Haram, Al-Shabab juga melakukan metode serupa untuk membiayai kegiatan mereka.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat