kievskiy.org

Erdogan Perpanjang Masa Darurat Turki Hingga Setahun

ANKARA, (PR).- Meski hampir tiga bulan berlalu sejak percobaan kudeta di Turki gagal Juli 2016 lalu, imbasnya masih belum berakhir sehingga membuat situasi politik dan ekonomi di negara tersebut saat ini tak stabil. Dilansir Reuters, kesemrawutan politik dan ekonomi usai kudeta yang belum juga berhasil dipulihkan telah membuat Presiden Recep Tayyip Erdogan, Kamis 29 September 2016, secara mengejutkan memperpanjang masa darurat sampai satu tahun mendatang. Untuk tahap pertama, Erdogan akan memperpanjangnya selama tiga bulan, setelah itu dilanjutkan dengan tiga bulan lainnya sampai setahun. "Perpanjangan masa darurat ini akan menguntungkan Turki. Mereka bilang kalau langsung satu tahun, itu tak tepat buat Turki. Baiklah kalau begitu, kita tunggu dan lihat nanti, mungkin 12 bulan juga tak akan cukup," ujar Erdogan di hadapan sejumlah gubernur di Ankara. Keputusan memperpanjang masa darurat tersebut dikecam karena sejumlah kalangan menilai hal itu merugikan perekonomian Turki yang sejak diguncang kudeta terus melemah. Banyak anggota DPR Turki dan politisi lainnya tak setuju dengan perpanjangan masa darurat tersebut. Namun, Erdogan mengabaikan protes dan kecaman dari para pengkritiknya itu. Pemimpin partai oposisi Kemal Kilicdaroglu mengatakan, penetapan status darurat hanya boleh digunakan untuk membuat negara kembali normal, bukan untuk menangkapi orang-orang yang tak bersalah. Saat berbicara di Dewan Keamanan Nasional setelah mengumumkan masa perpanjangan darurat, Erdogan mengatakan, penetapan status tersebut sangat penting karena akan mempermudah upaya Ankara memerangi terorisme. Pemimpin partai Partai Keadilan dan Pembangungan (AKP) yang sudah berkuasa 13 tahun ini sejak 16 Juli lalu telah menetapkan organisasi gerakan Hizmet yang didirekan Fethullah Gulen sebagai kelompok teroris dan semua pengikutnya disebut sebagai teroris. Gulen, sampai saat ini masih belum berhasil dibawa Turki dari Amerika Serikat karena Gedung Putih menilai bukti yang disodorkan Turki sangat lemah terkait keterlibatan sang ulama moderat tersebut sebagai aktor intelektual kudeta gagal 15 Juli lalu.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat