kievskiy.org

Presiden Venezuela Tuding Parlemen Rencanakan Kudeta

DEMONSTRAN bentrok dengan anggota pasukan keamanan nasional Venezuela saat mereka menuntut referendum utnuk mengganti Presiden Venezuela Nicolas Maduro di San Cristobal, Venezuela, Rabu 26 Oktober 2016.*
DEMONSTRAN bentrok dengan anggota pasukan keamanan nasional Venezuela saat mereka menuntut referendum utnuk mengganti Presiden Venezuela Nicolas Maduro di San Cristobal, Venezuela, Rabu 26 Oktober 2016.*

CARACAS, (PR).- Presiden Venezuela Nicolas Maduro menggelar rapat darurat untuk mengatasi persoalan pelik di negaranya itu, termasuk tuntutan oposisi agar dirinya mundur. Dilansir AFP, Kamis 27 Oktober 2016, Maduro mengundang para anggota DPR, Ketua Majelis Nasional dan pejabat penting lainnya, tetapi banyak dari mereka ini tak hadir. Kalangan luar menilai, ini menunjukkan bahwa banyak politisi setempat sudah tak lagi percaya dengan Maduro. Ketua Dewan Majelis Rakyat Venezuela Henry Ramos Allup, mengaku dirinya diundang Maduro, tetapi memutuskan untuk tak datang. "Saya tak mau ambil bagian dalam drama ini. Saya tak mau dibodohi," ujarnya seperti dilaporkan AFP. Merespons pembangkangan ini, Maduro menuding Dewan Majelis Rakyat sedang berusaha untuk mengkudetanya. Apalagi, kata Maduro, mayoritas anggota majelis rakyat berasal dari partai oposisi. Sementara itu, massa oposisi akan kembali berdemonstrasi pada Jumat ini, dan dewan majelis akan memanggil Maduro pada 1 November 2016 mendatang. Akan tetapi, Maduro dilaporkan tak akan hadir karena meyakini, pemanggilan tersebut adalah bagian dari majelis rakyat untuk melengserkannya. Sejak berkuasa tiga tahun lalu, Maduro tak pernah bosan menuduh oposisi sebagai dalang krisis di negaranya. Namun, pihak oposisi mengatakan pemerintah gagal dalam mengelola ekonomi dan menyerukan referendum untuk melengserkan presiden. Maduro menolak referendum kendati jumlah massa oposisi terus bertambah dan menginginkan sang presiden segera mundur. Bahkan, Maduro merespons protes tersebut dengan menerapkan kebijakan otoriter, seperti menerapkan kondisi darurat dan juga mengeluarkan dekrit. Untuk diketahui, sejak 2013, sudah terjadi beberapa kali demonstrasi yang mendesak Maduro mundur. Namun, upaya ini belum berhasil. Maduro sendiri saat menanggapi gelombang protes yang tak kunjung reda di negaranya itu, kerap mengatakan, itu adalah upaya kelompok kanan untuk menjatuhkan pemerintahannya yang sosialis. Dia juga menegaskan, tak sudi memenuhi tuntutan demonstran. Para demonstran antipemerintah selama ini menuntut Presiden Nicolas Maduro segera mundur dari jabatannya karena mereka menuduh sang presiden telah gagal memimpin Venezuela. Angka inflasi di negeri ini meninggi sehingga harga barang pokok menjadi sangat mahal. Bahkan, di sejumlah tempat, persediaan barang-barang kebutuhan pokok, seperti roti, tissue toilet habis. Selain itu, Maduro juga dianggap gagal mengatasi tingginya angka kejahatan di negara Amerika Latin itu. Laporan media lokal menyebut Venezuela sebagai negara dengan tingkat pembunuhan tertinggi di dunia.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat