kievskiy.org

Surat Jaya Suprana dari Kuba Tentang Fidel Castro

SENIMAN lokal melukis sosok Fidel Castro di depan toko di salah satu sudut jalan di Havana, Kuba, Minggu 27 November 2016, guna mengenang pemimpin legendaris Kuba itu.*
SENIMAN lokal melukis sosok Fidel Castro di depan toko di salah satu sudut jalan di Havana, Kuba, Minggu 27 November 2016, guna mengenang pemimpin legendaris Kuba itu.*

”SAYA kerap berdebat spekulatif dengan teman-teman pemerhati politik internasional bahwa sebenarnya Fidel Castro sudah meninggal dunia namun dirahasiakan kemeninggalduniaannya dengan alasan politik tertentu bagi negara, bangsa, dan rakyat Kuba.” Demikian pandangan budayawan dan seniman Jaya Suprana tentang kematian Fidel Castro yang dikutip Antara Dalam pemaparannya, Jaya Suprana melanjutkan, ”Dengan bekal keyakinan seperti itu, saya terbang ke Kota Havana, Kuba dan tiba di bandara Havana tanggal 25 November 2016 sekitar pukul 20.30 waktu Kuba.” Berikut ini adalah kisah lengkapnya yang dia tulis di Havana, Kuba, Minggu 27 November 2016 dan dikirimkan kepada Antara. Karena terlalu letih akibat perjalanan jauh, saya langsung masuk hotel untuk segera tidur nyenyak tanpa sempat melihat berita di televisi hotel. Baru keesokan harinya, saya memperoleh kiriman surel dari Sandyawan Sumardi dari Jakarta bahwa bertepatan pada malam hari ketibaan saya di Havana, terberitakan, mantan Presiden Kuba Fidel Castro meninggal di Havana, Kuba. Pemimpin Kuba itu mengembuskan napas terakhir pada usia 90 tahun. Presiden Raul Castro, adinda Fidel Castro mengumumkan wafatnya ikon legendaris revolusi Kuba itu Jumat 25 November 2016 pukul 22.29 malam waktu setempat seperti dilansir AFP, Sabtu 26 November 2016. Rakyat Kuba, belum lama berselang, telah merayakan ulang tahun ke-90 Castro pada 13 Agustus 2016. Saat itu, ribuan warga turun ke jalanan di Havana sembari menari-nari mengikuti alunan musik berirama Latin meski Fidel Castro tidak tampil di hadapan khalayak. Fidel Castro merupakan kepala negara dengan masa pemerintahan paling lama. Dilahirkan pada 13 Agustus 1926, Castro merupakan anak petani gula imigran dari Spanyol. Dia bergabung dengan Partai Rakyat Kuba tahun 1947. Dia kemudian merebut kekuasaan tahun 1959 dan mendirikan negara komunis. Dia merupakan penganut ideologi Marxisme. Castro juga dikenal sebagai tokoh organisasi nonblok dan tetap mempertahankan ideologi komunis sementara negara-negara penganut komunisme lainnya, kecuali Korea Utara dan Republik Rakyat Tiongkok, telah runtuh. Bagi saya, Fidel Castro berhasil membuktikan bahwa dia mampu memimpin negerinya meski diblokade Amerika Serikat. Bagi Amerika Serikat, Kuba merupakan duri dalam daging yang sangat mengganggu bahkan menjengkelkan. Berbagai upaya dilakukan. Mulai dari sabotase sampai serangan langsung ke daratan Kuba yang dilakukan Amerika Serikat terbukti tidak berhasil meruntuhkan kedaulatan negara, bangsa, dan rakyat Kuba. Bendera Kuba tetap jaya berkibar meski dirongrong habis-habisan oleh Amerika Serikat. Maka, wafatnya Fidel Castro disambut dengan penuh rasa duka oleh rakyat Kuba. Hal yang menarik adalah, pada Sabtu 26 November 2016, bendera Kuba tampak dikibarkan setengah tiang di kantor-kantor pemerintahan namun masyarakat Kuba tidak ikut mengibarkan bendera Kuba setengah tiang. Mungkin, Fidel Castro sudah dianggap sebagai bagian yang melekat pada diri rakyat Kuba sehingga mereka perlu secara simbolis mengungkapkan rasa dukanya. Sementara warga Kuba di dalam negerinya berkabung, ternyata warga Kuba yang mengungsi di perantauan terutama di kawasan Miami, Amerika Serikat, berpesta pora menyambut kematian Fidel Castro. Para pengungsi Kuba sangat membenci Fidel Castro yang mereka anggap sebagai biang keladi penyebab mereka terpaksa mengungsi meninggalkan Kuba sebagai Tanah Airnya. Kematian Fidel Castro justru disambut positif sebab dianggap sebagai kesempatan untuk kembali ke Tanah Air mereka setelah sejak 1959 terpaksa mengungsi. Apalagi setelah Kuba dipimpin Raoul Castro, negara itu lambat namun pasti membuka pintu gerbang kepada Amerika Serikat sebagai bagian dari politik luar negeri Kuba yang mirip politik pintu terbuka Deng Xiao Ping di Republik Rakyat Tiongkok setelah Mao Tse Tung meninggal. Uluran tangan Kuba disambut baik Amerika Serikat. Apalagi presiden terpilih Donald Trump, dengan naluri bisnisnya, pasti memandang Kuba, pada hakikatnya, sangat potensial untuk mengembangkan kepentingan bisnis Amerika Serikat. Terlepas dari pro dan konta, suka tidak suka, benci tidak benci, tidak bisa diingkari bahwa Fidel Castro merupakan satu di antara segelintir tokoh negarawan legendaris dan ikonik yang akan dikenang sepanjang masa peradaban umat manusia di planet bumi.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat