kievskiy.org

3.000 Siswa Perempuan Terpaksa Jadi Pengantin di Bangladesh: Menikahkan Gadis Kecil Bukanlah Solusi

Ilustrasi pernikahan dini di Bangladesh.
Ilustrasi pernikahan dini di Bangladesh. /PIXABAY/SquareMatters

PIKIRAN RAKYAT - Kisah Borsha (16) asal Bangladesh yang mendatangi kantor polisi untuk memohon agar dia tidak dinikahkan secara paksa lantaran ingin kembali menempuh pendidikan.

Permohonan Borsha untuk kembali ke sekolah dan menempuh pendidikan adalah salah satu impian yang mencerminkan harapan ribuan pengantin perempuan lainnya di Bangladesh selatan.

Diketahui, sekolah-sekolah di Bangladesh terpaksa ditutup sementara akibat adanya pandemi Covid-19.

Di samping itu, Borsha yang tinggal di rumah kakek dan neneknya di distrik Chuadanga dengan dibiayai secukupnya oleh ibunya yang berpenghasilan 2.50 dolar (Rp35 ribu) yang bekerja di sebuah pabrik lokal tak akan cukup.

Baca Juga: Dokter Bedah Saraf Beberkan Organ Tukul Arwana yang Kena Dampak Stroke, Melaney Ricardo: Persentasenya Kecil

Borsha menyadari bahwa biaya pendidikannya jauh lebih besar daripada itu, akan tetapi pernikahan dini bukanlah cara untuk mengakhiri siklus kemiskinan seperti itu.

"Sanga sulit bagi ibu saya untuk memenuhi kebutuhan dan menutupi biaya pendidikan saya, tetapi menikahkan gadis kecil bukanlah solusi," katanya, sebagaimana dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Arab News pada Sabtu, 2 Oktober 2021.

"Guru saya di sekolah juga mengajari saya tentang dampak negatif pernikahan anak karena menimbulkan banyak komplikasi kesehatan bagi seorang gadis. Saya ingin menyelesaikan sekolah saya dulu dan ingin menjadi seorang jurnalis," sambungnya.

Borsha yang kini menempuh pendidikan di Jhinuk High School, diketahui telah dibebaskan dari biaya pendidikannya sampai dia lulus.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat