kievskiy.org

Dunia Hasilkan 8,4 Juta Ton Sampah Plastik 'Salah Kelola' dari Pandemi Covid-19, Asia Penyumbang Terbesar?

Ilustrasi. Penelitian memaparkan dunia menghasilkan sekitar 8,4 juta ton sampah plastik yang
Ilustrasi. Penelitian memaparkan dunia menghasilkan sekitar 8,4 juta ton sampah plastik yang /Pixabay/QuinceCreative Pixabay/QuinceCreative

PIKIRAN RAKYAT- Menurut sebuah penelitian yang menyoroti masalah penanganan limbah medis di episentrum Covid-19, dunia menghasilkan sekitar 8,4 juta ton sampah plastik yang "salah kelola" dari pandemi pada akhir Agustus, dengan hampir 26.000 ton memasuki lautan.

Para peneliti memperkirakan bahwa sekitar 87 persen dari sampah plastik ekstra yang salah urus itu berasal dari rumah sakit, berdasarkan pada jumlah pasien rawat inap Covid-19 dan jumlah khas limbah medis yang dihasilkan per orang untuk 193 negara.

Lebih lanjut, penelitian itu mengungkap, penggunaan alat pelindung diri (APD) Covid-19 oleh individu berkontribusi 8 persen, pengemasan 5 persen, dan alat tes 0,3 persen.

Pada 23 Agustus, Asia telah melaporkan 31 persen dari kasus Covid-19 global namun menghasilkan 46 persen dari sampah plastik tambahan yang berakhir di lingkungan, dibandingkan dengan 22 persen infeksi di Amerika Utara dan hanya 6 persen dari limbah ekstra.

Baca Juga: Soroti Permendikbud Ristek Nomor 30 Tahun 2021, Alissa Wahid: Saya Dukung untuk Memberantas Kekerasan Seksual

"Ini mencerminkan tingkat pengolahan limbah medis yang lebih rendah di banyak negara berkembang, seperti India, Brasil, dan China, dibandingkan dengan negara maju dengan jumlah kasus besar di Amerika Utara dan Eropa, misalnya AS dan Spanyol," papar para peneliti, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari laman today Online.

"Sampah plastik yang salah kelola yang dihasilkan dari APD individu (termasuk masker wajah, sarung tangan, dan pelindung wajah) bahkan lebih condong ke Asia karena populasi pengguna masker yang besar," sambungnya.

Mereka mengatakan Asia juga menghasilkan jumlah sampah terbesar dari kemasan belanja online era pandemi.

Tim dari Nanjing University di China dan University of California San Diego di AS, mempublikasikan temuan mereka dalam jurnal peer-review Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America pada Senin, 8 November 2021.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat