ANCHORAGE, (PR).- Pada musim panas ini, Alaska berada dalam pergolakan gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dilansir CNN, Senin 19 Agustus 2019, tekanan suhu panas di Alaska pun telah membunuh banyak salmon.
Para ilmuwan telah mengamati kematian beberapa varietas salmon Alaska, termasuk sockeye, chum, dan pink salmon.
Direktur Yukon Inter-Tribal Fish Commission, Stephanie Quinn- Davidson memberitahu CNN bahwa ia membawa sekelompok ilmuwan dalam ekspedisi sepanjang sungai Koyokuk di Alaska pada akhir Juli lalu. Hal itu dilakukan karena penduduk setempat memberitahunya tentang salmon yang mati di sungai.
Dalam ekspedisi itu, dia dan timnya menghitung ada sekitar 850 salmon yang mati, meskipun mereka memperkirakan jumlahnya bisa 10 kali lebih banyak. Mereka mencari tanda- tanda luka, parasit dan infeksi, tetapi hasilnya nihil. Hampir semua salmon yang mereka temukan masih memiliki “telur yang indah” dalam tubuh mereka.
Karena kematian massal itu bertepatan dengan gelombang panas, mereka menyimpulkan bahwa tekanan panas adalah penyebabnya.
Quinn- Davidson mengatakan, dia telah bekerja sebagai ilmuwan selama delapan tahun dan tidak pernah mendengar apapun sejauh ini. Dia yakin orang- orang tidak membayangkan seberapa besar tingkat kematian yang mereka lihat di sungai itu. Suhu panas mengurangi jumlah oksigen dalam air dan menyebabkan salmon mati lemas.
Di luar prediksi
Suhu air telah memecahkan rekor bersamaan dengan suhu udara. Hal tersebut dikatakan oleh Sue Mauger, direktur sains untuk lembaga nirlaba Cook Inletkeeper. Para ilmuwan telah melacak suhu air di aliran sungai di sekitar Cook Inlet yang berlokasi di selatan Anchorage sejak 2002.
Hingga saat ini, mereka tidak pernah mencatat suhu diatas 76 derajat Fahrenheit. Pada 7 Juli lalu, sebagian besar aliran sungai tempat salmon di sisi barat Cook Inlet tercatat bersuhu 81,7 derajat Fahrenheit.
Mauger mengatakan, ia dan timnya telah mempublikasikan sebuah penelitian pada 2016. Mereka membuat model- model yang menguraikan proyeksi tentang bagaimana perubahan iklim akan mendorong suhu di aliran air Alaska. Tahun 2019 dianggap melebihi nilai yang mereka harapkan untuk skenario terburuk pada tahun 2069.