kievskiy.org

ASEAN Berpegang pada Konsensus Lima Poin untuk Atasi Krisis Myanmar, Pengamat: Sudah Mentok

Ilustrasi bendera Myanmar.
Ilustrasi bendera Myanmar. /Pexels/Gu Bra

PIKIRAN RAKYAT - Pengamat hubungan internasional, Dinna Prapto Raharja, menilai Konsesus Lima Poin yang disepakati para pemimpin Asia Tenggara (ASEAN) sudah tidak efektif untuk mengatasi krisis Myanmar. Sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan bahwa bangsa-bangsa Asia Tenggara bersatu untuk mengimplementasikan Konsesus Lima Poin dalam  mengatasi krisis di Myanmar.

Dinna membeberkan mengapa Konsesus Lima Poin sudah tidak relevan untuk mengatasi krisis Myanmar. Dia mengatakan, selama dua keketuaannya di Brunei dan Kamboja, militer Myanmar tak mau mengimplementasikan satu pun dari lima poin dalam konsensus itu.

"Saya hampir yakin sebenarnya para menteri luar negeri ASEAN tahu bahwa itu sudah mentok, tidak efektif," ujar Dinna pada Jumat, 3 Februari 2023, dikutip Pikiran-rakyat.com dari Antara.

Dinna juga menyoroti utusan khusus ASEAN yang tak bisa membuka dialog perdamaian dengan junta militer Myanmar.

Baca Juga: Soal Usulan Penghapusan Jabatan Gubernur, Mardani Ali Sera: Idenya Mengejutkan tapi Menarik

Menurut Dinna, utusan khusus tersebut justru terlihat berkali-kali 'dimatikan' saat melakukan misi perdamaian ke junta militer Myanmar. Menteri Luar Negeri Brunei Darussalam dan Kamboja telah menjadi utusan khusus dalam misi perdamaian ASEAN untuk Myanmar.

Namun, kedua utusan khusus tersebut tidak dapat membujuk pimpinan junta militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlang, untuk melakukan dialog perdamaian.

ASEAN, kata Dinna, seharusnya memang tidak lagi bergantung dengan peran utusan khusus.

"ASEAN harus gunakan cara lain. Utusan khusus gagal melakukan penetrasi politik," ujarnya lagi.

Baca Juga: Polisi Palak Polisi: Oknum Penyidik Akui Lakukan Pemerasan, Minta Uang dan Hadiah ke Bripka Madih

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat