kievskiy.org

Sepertiga Anak-anak di Dunia Keracunan Timbal dari Aki Mobil dan Pewarna Makanan

ILUSTRASI aki mobil
ILUSTRASI aki mobil /PIXABAY PIXABAY

PIKIRAN RAKYAT - Penelitian baru telah menemukan bahwa satu dari tiga anak dari seluruh dunia memiliki kadar timbal yang berbahaya di darah mereka.

Seperti dilansir The Guardian, Kamis, 30 Juli 2020 sekitar 800 juta anak-anak dan pemuda dibawah umur 19 tahun kemungkinan memiliki kadar logam sekitar 5 mikrogram per desiliter (5μg/dl), menurut penelitian tersebut.

Menurut World Health Organization, tidak ada kadar aman dari paparan logam timbal. Pasalnya,  dalam konsentrasi yang rendah pun masih bersifat beracun. Menurut US Centers for Disease Control, kadar diatas 5μg/dl itu berbahaya dan memerlukan adanya tindakan penanggunalan.

Baca Juga: Makna Keliru dan Bertolak Belakang, Pepatah dengan Aksara Sunda di Alun-alun Sumedang Tuai Kecaman

Penemuan yang merupakan  hasil penelitian dari Institute for Health Metrics and Evaluation ini telah dipublikasikan  oleh Unicef awal pekan ini. Penelitian tersebut menunjukan berlangsungnya bahaya timbal pada anak-anak, yang selama beberapa dekade ini sudah digunakan secara umum di dalam bensin, cat warna, dan pipa air.

“Ini adalah angka yang benar-benar mengejutkan,” kata Nicholas Rees, pakar kebijakan Unicef dan penulis penelitian tersebut. “Sudah cukup lama kita mengetahui sifat beracun timbal, tetapi kita tidak pernah mengira seberapa luas timbah telah menyebar, dan berapa anak kecil telah terpapar.”

Timbal adalah neurotoksin berbahaya dimana kadar yang tinggi dapat membunuh, dan kadar yang rendah dapat menyebabkan gejala dari rasa sakit, muntah-muntah, dan kejang-kejang sampai ke terlambatnya pertumbuhan, masalah mental, dan gangguan mood. Kadar yang rendah juga dapat menyebabkan bayi lahir secara prematur.

Baca Juga: Adik Gus Dur KH Hasyim Wahid Meninggal Dunia, Irfan Wahid: Dimakamkan di Jombang

Kemampuan kognitif menurun

Terpapar dengan kadar setinggi itu berkemungkinan tinggi dapat menyebabkan menurunnya kemampuan kognitif,  dan dampak jangka panjang pada kesehatan seperti penyakit kardiovaskuler atau penyakit jantung, menurut para peneliti.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat