kievskiy.org

Dubes Sudan Tegaskan Konflik Negaranya Bukan Perang Saudara: SAF Hanya Melawan Kelompok Pemberontak RSF

Ilustrasi bendera nasional Sudan.
Ilustrasi bendera nasional Sudan. /Reuters/Umit Bekta

PIKIRAN RAKYAT - Duta Besar Sudan untuk Indonesia, Yassir Mohamed Ali menegaskan bahwa kerusuhan yang terjadi di negaranya bukan perang saudara, melainkan tindakan pembelaan diri untuk memberantas pemberontak bersenjata. Dalam hal ini, Pasukan Dukungan Cepat (RSF) disebut sebagai kelompok yang berupaya mengkudeta pemerintahan resmi di Sudan.

Yassir menuturkan kelakuan kelompok RSF dengan sejumlah aksi kejam untuk mewujudkan perebutan kekuasaan di pucuk pimpinan Sudan. Hal ini yang membuat pasukan militer pemerintah Sudan (SAF) bergerak melawan aksi pemberontakan RSF.

Meskipun akibatnya, semua lokasi strategi di Ibu Kota Sudan, Khartoum dalam sekejap berubah menjadi zona perang antara SAF melawan RSF.

"Ini lebih merupakan tindakan yang tak terhindarkan oleh SAF terhadap kelompok pemberontak bersenjata yang berupaya melakukan kudeta untuk merebut kekuasaan," ujar Yassir Mohamed Ali dalam pernyataan di Jakarta, dikutip Pikiran-Rakyat.com pada Kamis, 4 Mei 2023.

Baca Juga: Perang Saudara di Sudan, Sekolah Diperkirakan Kembali Normal 3-4 Bulan Lagi

Lebih lanjut, Yassir menggambarkan tindakan RSF yang mengelabui masyarakat miskin dengan menarik anak-anak untuk bergabung sebagai tentara mereka.

Bahkan, Yassir membantah perihal sesumbar RSF soal sekolah, bahwa mereka tidak pernah berupaya membangun sekolah-sekolah apapun di Sudan.

"Mereka (RSF) lebih suka menarik anak-anak dari keluarga miskin untuk didaftarkan sebagai tentara, yang merupakan pelanggaran mencolok terhadap hak asasi manusia," ujarnya menerangkan penjelasan.

Yassir melanjutkan, RSF sejak meletuskan pemberontakan militer pada 15 April 2023 lalu, tercatat telah mengerahkan lebih dari 40.000 tentara bersenjata lengkap di seluruh penjuru ibu kota Khartoum.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat