kievskiy.org

Gereja Tertua di Gaza Dibom Israel, 8 Orang Tewas: Perang Tidak Mengenal Agama

Ilustrasi - Pria Palestina membawa seorang gadis yang terluka di lokasi serangan Israel, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 14 Oktober 2023.
Ilustrasi - Pria Palestina membawa seorang gadis yang terluka di lokasi serangan Israel, di Khan Younis di selatan Jalur Gaza, 14 Oktober 2023. /Reuters/Yasser Qudih

PIKIRAN RAKYAT - Kementerian dalam negeri (Kemendagri) Palestina yang dikuasai Hamas melaporkan serangan Israel yang menghancurkan gereja tertua di Gaza. Akibatnya, beberapa pengungsi yang berlindung di sana telah tewas dan terluka pada Kamis, 19 Oktober 2023 malam.

Dalam laporannya, Hamas menuturkan bahwa serangan di Kompleks Gereja Ortodoks Yunani tersebut menyebabkan kerusakan besar dan banyak warga Gaza terluka. Saksi mata mengatakan, serangan itu tampaknya ditujukan pada target yang dekat dengan tempat ibadah dengan banyak penduduk Gaza berlindung ketika perang berkecamuk di daerah kantong Palestina.

"Setidaknya delapan orang tewas dalam serangan udara Israel di kompleks Gereja Santo Porphyrius Ortodoks Yunani," kata para pejabat di Gaza, Jumat 20 Oktober 2023.

Baca Juga: Viral Brief 'Endorse' dari Israel, Seleb hingga Influencer Dibayar Mahal untuk Sudutkan Hamas

Tempat Penampungan Warga Gaza

Ketika serangan udara Israel menghancurkan rumah warga, Muslim Palestina mencari perlindungan di gereja tertua di Gaza. Di Gereja Santo Porphyrius, mereka menemukan bukan hanya tempat perlindungan, tetapi perasaan memiliki "satu keluarga".

Terlepas dari perbedaan agama, warga Gaza disatukan oleh teror bom yang meledak di sekitar mereka, dan berharap bisa selamat dari serangan Israel. Salah satu warga, Walaa Sobeh pun menelepon kerabat lainnya di Gaza utara dan meminta mereka untuk pergi ke gereja juga.

Dia dan keluarganya termasuk di antara ratusan warga Palestina dari berbagai agama yang telah menemukan keamanan di gereja. Pada saat serangan mematikan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 dan pemboman Israel berikutnya di Gaza telah memicu lonjakan Islamofobia di beberapa bagian dunia, gereja Ortodoks Yunani itu muncul sebagai lambang identitas yang lebih dalam sebagai orang Palestina.

"Kami di sini menjalani hari, tidak yakin apakah kami bisa sampai malam tapi yang meringankan rasa sakit kami adalah semangat rendah hati dan hangat dari semua orang di sekitar," tutur Walaa Sobeh.

Baca Juga: 7 Negara yang Dilibas Amerika Serikat Setelah Tragedi Teror 11 September 2001

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat