kievskiy.org

Israel Mulai Terbelah, Benjamin Netanyahu Didesak Tukar Tawanan

PM Israel, Benjamin Netanyahu.
PM Israel, Benjamin Netanyahu. /Reuters/Ronen Zvulun

PIKIRAN RAKYAT - Pemerintah Israel semakin mendapat desakan untuk menukar sekitar 229 tawanan yang diduga berada di Gaza dengan ribuan tawanan Palestina yang tengah dipenjara di Israel. Upaya keluarga tawanan mendapatkan dukungan dari mayoritas penduduk Israel pada hari Minggu, 29 Oktober 2023. Upaya mereka untuk meyakinkan pemerintahan Benjamin Netanyahu untuk segera bernegosiasi dengan Hamas terus meningkat.

Giora Eiland, mantan kepala Dewan Keamanan Nasional Israel, dan surat kabar Haaretz bergabung dalam seruan dan desakan kepada Pemerintah Israel untuk menukar sekitar 5.000 tawanan Palestina, termasuk para militan Hamas, dengan para tawanan di Gaza.

Beberapa keluarga tawanan menyampaikan pesan tersebut dalam pertemuan yang berlangsung panas dengan Netanyahu pada hari Sabtu, 28 Oktober 2023 di Tel Aviv, di mana mereka mendirikan tenda di depan kantor pertahanan.

Baca Juga: Update Korban Konflik Israel Palestina: 8.000 Orang Lebih Sudah Tewas, Kebanyakan Wanita dan Anak-anak

Delegasi Meminta Presiden Tetapkan Tawanan sebagai Prioritas Politik

Pada hari Minggu, sebuah delegasi meminta presiden Israel, Isaac Herzog, menjadikan pembebasan para tawanan sebagai prioritas politik. "Kami merasa bahwa isu ini bukan prioritas bagi negara," kata Jackie Levy, yang memiliki tiga kerabat yang diculik. Ia menambahkan bahwa pemerintah telah terjerumus dalam politik kecil, dan presiden harus menjadi "orang dewasa yang bertanggung jawab." Para keluarga berencana melepaskan balon dengan pesan kepada para tawanan dalam sebuah upacara pada malam hari.

Intensitas serangan ke Gaza yang terus meningkat, di mana jumlah korban tewas setelah tiga minggu serangan melebihi 8.000 orang, meningkatkan desakan terhadap tuntutan ini. Di Roma, Paus Fransiskus menyerukan kedua belah pihak yang berkonflik untuk gencatan senjata dan membebaskan para tawanan.

Kampanye pertukaran tawanan ini menambah tekanan pada Netanyahu setelah ia mencoba mengalihkan tanggung jawab atas kegagalan intelijen dan keamanan yang memungkinkan militan Hamas menyerbu selatan Israel pada 7 Oktober, menewaskan lebih dari 1.400 orang.

Netanyahu Berbalik dalam Penilaian Terkait Ancaman Hamas

Awal Minggu pagi, Perdana Menteri mengeklaim bahwa para kepala keamanan, termasuk kepala intelijen militer dan kepala agen keamanan dalam negeri Shin Bet, percaya bahwa Hamas sudah tidak memiliki rencana serangan. "Ini adalah penilaian yang terus-menerus disampaikan kepada perdana menteri," kata Netanyahu.

Ujaran Benjamin Netanyahu tersebut membuat perpecahan di internal militer dan keamanan Israel. Namun, beberapa jam kemudian, ia meralat pernyataan tersebut dan meminta maaf. "Saya salah," kata Netanyahu dalam cuitan yang baru. "Saya sepenuhnya mendukung semua kepala lembaga keamanan."

Selanjutnya, sikap Benjamin Nenyahu juga kemudian kembali goyah soal priotas operasi militer yang dilancarkan di Gaza. Sebelumnya, dia menyebut bahwa prioritas Israel adalah untuk melumpuhkan kekuatan Hamas. Namun belakangan, Pemerintah Israel mengatakan bahwa pembebasan para tawanan adalah tujuan yang setara dengan mengalahkan Hamas.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat