PIKIRAN RAKYAT - Sejak menyatakan perang terhadap Hamas pada 7 Oktober 2023, serangan Israel yang tiada henti menyebabkan korban tewas di Gaza menembus angka 11.000. Lebih dari 8.000 di antaranya adalah anak-anak dan perempuan.
Di tengah korban jiwa yang terus berjatuhan, beberapa negara Arab seperti Mesir dan Yordania justru menolak kedatangan warga Palestina.
"Apa yang terjadi sekarang di Gaza adalah upaya memaksa warga sipil untuk mengungsi dan bermigrasi ke Mesir, yang tidak boleh diterima," ujar Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sissi pada Rabu, 18 Oktober 2023.
Sementara Yordania berdalih, mereka sudah menampung terlalu banyak pengungsi Palestina di negaranya.
Israel Larang Pengungsi Palestina Kembali
Saat perang pada 1948, sekitar 700.000 warga Palestina diusir atau melarikan diri dari rumah mereka sendiri. Rakyat Palestina menyebut peristiwa itu sebagai Nakba, yang dalam Bahasa Arab berarti 'malapetaka'.
Kemudian saat Israel merebut Tepi Barat dan Jalur Gaza pada 1967, 300.000 warga Palestina melarikan diri. Sebagian besar dari mereka pergi ke Yordania.
Para pengungsi Palestina yang kini berjumlah hampir 6 juta orang, mayoritas tinggal di kamp-kamp pengungsian dan komunitas di Tepi Barat, Gaza, Lebanon, Suriah, dan Yordania. Sementara diaspora Palestina sudah menyebar lebih jauh ke negara-negara Teluk Arab maupun negara Barat.
Setelah pertempuran mereda pada 1948, Israel melarang para pengungsi itu untuk kembali ke rumah mereka. Israel beralasan, warga Palestina mengancam mayoritas warga Yahudi di negaranya.