kievskiy.org

Jeritan Kemarahan dan Harapan: Realitas Kelam Palestina di Tengah Pembantaian Israel Penjajah

Ilustrasi - Warga Palestina yang melarikan diri dari Gaza utara bergerak ke selatan ketika tank-tank Israel meluncur lebih jauh ke daerah kantong tersebut, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Jalur Gaza tengah 10 November 2023.
Ilustrasi - Warga Palestina yang melarikan diri dari Gaza utara bergerak ke selatan ketika tank-tank Israel meluncur lebih jauh ke daerah kantong tersebut, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di Jalur Gaza tengah 10 November 2023. /Reuters/Ibraheem Abu Mustafa

PIKIRAN RAKYAT - Kelompok-kelompok di Palestina telah menyerukan 'hari kemarahan' sebagai bentuk protes pembantaian Israel penjajah di jalur Gaza pada 1 November 2023. Sehari sebelumnya, bom telah menghancurkan kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara.

Di Ramallah, tempat sampah memblokir beberapa jalan. Toko-toko, restoran, dan kafe ditutup, sementara pedagang kaki lima menjual pisang kepada pengunjuk rasa. Sebuah spanduk besar di Al-Manara Square bertuliskan dalam bahasa Inggris dan Arab "Kami bukan angka" di samping foto-foto lebih dari 4.000 anak-anak Palestina yang tewas dalam genosida tersebut.

Sekitar 200 orang berkumpul, kebanyakan dari mereka remaja. Beberapa menutupi wajah mereka, yang lain membawa poster dengan gambar grafis anak-anak yang terbunuh di Gaza.

Seorang pria berusia 38 tahun menghadiri protes bersama istri dan putranya yang masih kecil. Dia mengungkapkan sentimen yang banyak orang Palestina bagikan tentang kurangnya tanggapan terpadu dan efektif dari komunitas internasional untuk menghentikan serangan terhadap Gaza.

"Kami telah mengandalkan komunitas internasional selama 25 hingga 30 tahun, dan segalanya semakin sulit," ucapnya.

Seperti banyak orang lain yang menghadiri rapat umum, pria yang tidak disebutkan namanya itu menyalahkan Otoritas Palestina karena tidak berbuat cukup untuk membela kepentingan negara selama perang. Dia meletakkan putranya di pundak, dan terus berjalan.

Pemukim Israel Penjajah Dibekali Senjata

Seorang pengunjuk rasa lain, seorang wanita berusia 35 tahun dari Betlehem mengaku tidak dapat kembali ke kotanya karena pengetatan pos pemeriksaan. Namun yang terpenting, dia takut pada para pemukim Israel penjajah yang telah mengepung kampung halamannya.

"Benjamin Netanyahu telah memberikan ribuan senjata kepada para pemukim. Mereka melakukan apa yang mereka inginkan," katanya.

Menteri Keamanan Nasional Israel penjajah, Itamar Ben-Gvir secara pribadi telah membagikan senjata kepada pemukim di Tepi Barat. Dia mengatakan, telah memperoleh 10.000 senapan serbu untuk didistribusikan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat