kievskiy.org

7.000 Tahanan Palestina Akan Dihukum Mati, Israel Penjajah Sahkan Undang-undangnya Hari Senin

Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir, menghadiri rapat kabinet mingguan di Yerusalem, Minggu, 10 September 2023.
Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir, menghadiri rapat kabinet mingguan di Yerusalem, Minggu, 10 September 2023. /Ohad Zwigenberg/Pool via REUTERS

PIKIRAN RAKYAT - Menteri Keamanan Nasional Israel Penjajah, Itamar Ben Gvir akan mengesahkan undang-undang baru, terkait hukuman mati untuk para tahanan Palestina di penjara Israel.

Parlemen Israel Penjajah, Knesset diminta Gvir untuk menyepakati bersama-sama peresmian undang-undang yang bersangkutan. Pengajuannya tak lain diinisiasi oleh Partai yang dipimpin Ben Gvir si ekstremis, Partai Otzma Yehudit.

“Pada hari Senin, akan ada pembacaan pertama undang-undang hukuman mati bagi tahanan politik Palestina, undang-undang ini diajukan oleh partai “Otzma Yehudit” undang-undang ini akan dibahas di komite keamanan nasional," katanya, dikutip dari Quds News network, Senin, 20 November 2023.

Tak dijelaskan hari Senin tanggal berapa pengesahan undang-undang yang dimaksud. Namun kabar ini ditanggapi genting oleh simpatisan Palestina di seluruh dunia. Utamanya, setelah kabar beredar lewat akun media sosial X, @QudsNen.

"Saya berharap semua anggota Knesset (parlemen Israel) mendukung undang-undang penting ini," ucap Gvir, tegas.

Adapun jumlah warga Palestina di penjara Israel saat ini mencapai angka 7.000 tahanan. 64 di antaranya adalah perempuan serta puluhan lainnya merupakan anak-anak.

Baca Juga: Kenapa Penjajah Israel Tega Serang Rumah Sakit di Gaza?

Update Jumlah Korban Jiwa dan Kerusakan di Palestina

Jumlah warga Palestina yang tewas akibat genosida Israel di Gaza terus melonjak. Terhitung sejak 7 Oktober 2023 hingga Minggu, 19 November 2023, setidaknya ada 13.000 orang kehilangan nyawa.

Berdasarkan kantor media setempat, keseluruhan jumlah tersebut termasuk 5.500 lebih anak-anak dan 3.500 perempuan. Sementara untuk korban luka-luka, jumlahnya mencapai 30.000 orang yang 75 persen di antaranya merupakan anak-anak dan perempuan.

Hingga saat ini, jumlah orang hilang tercatat mencapai 6.000 jiwa. Sebagian besar dari mereka diduga tergeletak di bawah reruntuhan bangunan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat