kievskiy.org

Kekejian Israel Penjajah di Tepi Barat, Warga Palestina Ditangkap dan Disiksa Setiap Hari

Potret wanita di pemakaman empat warga Palestina yang tewas dalam bentrokan dengan pemukim Israel, dekat Nablus di Tepi Barat yang diduduki Israel 12 Oktober 2023.
Potret wanita di pemakaman empat warga Palestina yang tewas dalam bentrokan dengan pemukim Israel, dekat Nablus di Tepi Barat yang diduduki Israel 12 Oktober 2023. /REUTERS/Ammar Awad

PIKIRAN RAKYAT - Abbas,  salah satu dari sekira 6.000 warga Palestina yang pernah bekerja di Israel dan menjadi pengungsi di Tepi Barat akibat perang Israel-Gaza, kini menjadi pasien tim Médecins Sans Frontières (MSF) yang memberikan bantuan psikologis di Nablus. Ia menggambarkan penderitaan yang dialaminya karena harus mengungsi dan terpisah dari keluarganya yang masih terjebak hujan bom di Gaza.

Pagi itu, Abbas memandang ke kejauhan, ke lanskap terjal Tepi Barat. Dia belum tidur sepanjang malam karena menghabiskan waktunya memikirkan keluarganya di Gaza. Dia sangat ingin bertemu dan berbicara dengan mereka.

“Seluruh keluarga saya ada di Gaza, tersebar di utara, Khan Yunis, dan Rafah di selatan. Istri dan anak-anak saya tinggal di tenda, mereka telah mengungsi sebanyak 4 kali sejak dimulainya perang," katanya.

"Kadang-kadang mereka tidur di jalan, di masjid, atau di gedung-gedung yang ditinggalkan. Keempat anak saya berusia antara 5 dan 14 tahun, dapatkah Anda bayangkan?” kata Abbas lagi sambil batuk kecil.

“Setiap pagi, saat fajar, saya mencoba menghubungi mereka melalui telepon untuk mengetahui apakah mereka selamat pada malam itu. Kadang-kadang, komunikasi terputus dan saya harus menunggu berhari-hari untuk mendengar kabar dari mereka.”

Abbas adalah pekerja yang biasa pulang-pergi ke Israel untuk bekerja. Setiap bulan, dia melintasi perbatasan dari utara Jalur Gaza, tempat rumahnya berada, untuk bekerja di pabrik besi selama beberapa minggu dan kembali ke rumah untuk istirahat 3 hari.

Sejak ayahnya meninggal, sebagai anggota keluarga tertua yang masih hidup, dia juga bertanggung jawab atas seluruh keluarganya, termasuk saudara laki-laki dan perempuannya.

Mala dimulai pada 7 Oktober 2023

Pemakaman massal di Gaza.
Pemakaman massal di Gaza. Reuters/Mohammed Salem

Pada 7 Oktober 2023, ketika Hamas melancarkan serangannya ke Israel, Abbas sedang bekerja. Keesokan harinya, tentara Israel muncul di pabrik dan mulai mengganggu para pekerja Palestina, mengancam akan menembak mereka jika mereka tidak melarikan diri ke Tepi Barat.

Abbas mencari perlindungan di pegunungan selama 2 hari, sebelum akhirnya mencapai Tepi Barat. Dia menjadi satu dari sekira 6.000 pengungsi di Tepi Barat. Ketika dia melewati pos pemeriksaan Israel, tentara mengambil uang dan barang miliknya, kecuali telepon genggamnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat