kievskiy.org

Sejarah Larangan Miras di Arab Saudi, Tercipta Akibat Pangeran Mishari Tembak Mati Diplomat Inggris

Pemandangan menunjukkan kendaraan melaju di sebuah jalan di Riyadh, Arab Saudi 16 Februari 2021.
Pemandangan menunjukkan kendaraan melaju di sebuah jalan di Riyadh, Arab Saudi 16 Februari 2021. /Reuters/Ahmed Yosri

PIKIRAN RAKYAT - Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman telah tertarik untuk mendorong sejumlah reformasi sosial di kerajaan sebagai bagian dari Visi Saudi 2030 yang banyak digembar-gemborkan. Terbaru, pembukaan toko minuman keras (miras) di negara yang didominasi oleh umat Islam tersebut.

Dia pernah membatalkan larangan perempuan mengemudi pada 2018, dan telah mengizinkan konser publik hingga proliferasi bioskop. Bahkan, dia memberlakukan tindakan keras yang meluas terhadap kritikus liberal dan konservatif di dalam kerajaan, serta membungkam perbedaan pendapat.

Akan tetapi, terlepas dari desas-desus, ada banyak penolakan publik atas saran untuk membatalkan larangan alkohol yang telah 72 tahun diterapkan. Larangan 1952 datang sebagai tanggapan atas insiden yang melibatkan Pangeran Mishari bin Abdulaziz Al Saud dan seorang diplomat Inggris, Cyril Ousman.

Di sebuah pesta yang diselenggarakan oleh diplomat, yang pada saat itu wakil konsul Inggris di Jeddah, pangeran berusia 19 tahun itu menembak mati Ousman setelah dia menolak untuk menyajikan lebih banyak alkohol kepadanya.

Setelah pembunuhan yang membuat Pangeran Mishari dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, Raja Abdulaziz Ibn Saud sebagai pendiri negara Saudi modern melarang semua alkohol di negara itu.

Orang-orang yang dihukum karena mengonsumsi alkohol di Arab Saudi sebelumnya dapat dikenai denda, kurungan penjara, cambuk di depan umum, dan deportasi bagi orang asing.

Arab Saudi Bakal Buka Toko Alkohol Pertama

Arab Saudi akan membuka toko minuman keras (miras) pertama di negara itu. Nantinya, toko tersebut akan melayani secara eksklusif untuk para diplomat.

Keputusan pembukaan toko miras itu berarto melanggar larangan alkohol yang secara ketat diterapkan selama beberapa dekade di kerajaan itu. Sebuah sumber mengatakan bahwa toko itu akan dibuka di kawasan diplomatik ibu kota Riyadh, dan akan 'dibatasi secara ketat' untuk nonMuslim.

Toko miras itu diperkirakan akan dibuka dalam beberapa minggu mendatang.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat