PIKIRAN RAKYAT - Dunia tengah menanti dengan cemas mengenai langkah balasan yang akan diambil oleh Amerika Serikat setelah serangan yang menewaskan tiga tentara AS di pos militernya di Yordania. Serangan tersebut, yang disinyalir dilakukan oleh kelompok milisi yang didukung Iran, terjadi pada 28 Januari 2024, menggunakan serangan drone atau pesawat nirawak, juga melukai 34 personel militer AS.
Iran dengan tegas membantah keterlibatannya dalam serangan tersebut, menyatakan bahwa mereka tidak terlibat dalam keputusan yang diambil oleh "kelompok perlawanan" yang menyerang pos militer AS di Tower 22, Yordania.
Meskipun Amerika Serikat memiliki puluhan pos militer di Timur Tengah, serangan ini menjadi yang pertama kali menewaskan personel militer AS sejak serangan drone kerap terjadi di kawasan tersebut.
Menurut laporan dari ABC News, Amerika Serikat berencana untuk memberikan balasan dalam beberapa hari ke depan dengan menyerang beragam sasaran yang dianggap memberdayakan serangan tersebut. Namun, pejabat AS belum mengkonfirmasi apakah serangan balasan akan dilakukan di dalam atau di luar wilayah Iran.
Tantangan dalam Menghadapi Iran
AS memiliki berbagai opsi dalam menghadapi Iran, tetapi opsi invasi skala penuh dianggap sebagai langkah yang sulit dilakukan. Iran memiliki wilayah yang sangat luas, dengan kontur dominan berupa pegunungan, yang dapat menjadi faktor penghambat bagi pasukan invasi. Pegunungan Zagros di Iran menjadi bentangan alam murni yang dapat menyulitkan serangan menggunakan kendaraan tempur.
Selain itu, Iran memiliki hubungan erat dengan Rusia, yang dapat mempersulit langkah AS mengingat situasi konflik yang masih berlangsung di Ukraina. Anggaran bantuan militer AS juga telah teralokasi untuk membantu Ukraina dan Israel, meningkatkan hambatan untuk melakukan operasi militer yang melibatkan Iran.
Eskalasi Masif atau De-Eskalasi?
Meskipun AS memiliki opsi untuk menyerang Iran, eskalasi masif di kawasan menjadi salah satu risiko besar.
Presiden Joe Biden telah menegaskan bahwa tidak akan memperluas konflik di Timur Tengah, dan pihak Pentagon juga menyatakan tidak menginginkan perang. Opsi lain yang mungkin adalah menargetkan pangkalan kelompok militan terkait dengan Iran, sebagai respons tanpa memicu eskalasi yang lebih besar.
Dalam beberapa pekan terakhir, serangan terhadap komandan senior Garda Revolusioner Islam (IRGC) Iran di Suriah menunjukkan perlunya de-eskalasi di Timur Tengah.