kievskiy.org

AS Anggap Enteng Serangan Mematikan Israel ke Rafah, Padahal Ratusan Warga Palestina Terdampak

Asap mengepul setelah serangan Israel ketika pasukan Israel melancarkan operasi darat dan udara di bagian timur Rafah.
Asap mengepul setelah serangan Israel ketika pasukan Israel melancarkan operasi darat dan udara di bagian timur Rafah. /REUTERS/Hatem Khaled

PIKIRAN RAKYAT - Amerika Serikat (AS) telah menganggap enteng serangan mematikan Israel penjajah terhadap Rafah. Mereka mengatakan, serangan itu "terbatas" meski pun ada kekhawatiran atas nasib lebih dari 1,5 juta warga Palestina yang berlindung di kota Gaza selatan tersebut.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller mengatakan bahwa AS masih menentang serangan besar Israel penjajah terhadap Rafah. Namun, peringatan AS tampaknya tak diindahkan Israel penjajah.

Israel penjajah telah meningkatkan pemboman di Rafah pada Senin 6 Mei 2024, menewaskan puluhan orang setelah memerintahkan sekitar 100.000 penduduk di wilayah timurnya untuk mengungsi.

Pasukan Israel penjajah juga menyerbu sisi Palestina dari perbatasan Rafah yang menyeberang antara Jalur Gaza dan Mesir. Padahal, perbatasan itu berfungsi sebagai pintu gerbang utama untuk bantuan kemanusiaan.

"Operasi militer yang mereka luncurkan tadi malam ditargetkan hanya ke gerbang Rafah," ucap Matthew Miller.

"Itu bukan operasi di daerah sipil yang mereka perintahkan untuk dievakuasi. Jadi kami akan terus menjelaskan bahwa kami menentang operasi militer besar di Rafah," ujarnya menambahkan.

Meski begitu, Matthew Miller mengakui bahwa pembantaian Israel penjajah terhadap penyeberangan di Rafah memang terlihat seperti awal untuk serangan yang lebih besar.

Ratusan Pasien Tak Bisa Berobat

Serangan Israel penjajah menutup penyeberangan Rafah, semakin menekan aliran bantuan kemanusiaan yang sudah tidak memadai ke Gaza. Sejak 9 Oktober 2023, Israel penjajah telah mengintensifkan blokade yang ada di wilayah itu, membawa daerah kantong Palestina ke ambang kelaparan.

Penyeberangan Rafah juga berfungsi sebagai titik masuk bagi pekerja kemanusiaan yang pergi ke Gaza, dan orang-orang yang sakit kritis serta terluka menggunakannya untuk meninggalkan wilayah itu dan menerima perawatan di luar negeri.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat