PIKIRAN RAKYAT - Dalam sidang istimewa Majelis Umum PBB di New York pada Jumat 10 Mei 2024, sembilan negara mengejutkan dunia dengan menolak mendukung upaya Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB.
Kesembilan negara tersebut adalah Argentina, Ceko, Hongaria, Israel, Mikronesia, Nauru, Palau, Papua Nugini, dan Amerika Serikat.
Pemungutan suara tersebut, yang melibatkan 193 negara anggota PBB, menghasilkan mayoritas mendukung resolusi yang menegaskan bahwa Palestina harus diterima sebagai anggota penuh PBB. Sebanyak 21 negara memilih untuk abstain, sementara mayoritas, yakni 142 negara, mendukung resolusi tersebut.
Pemungutan suara ini menjadi survei global atas dukungan terhadap upaya Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB, setelah Amerika Serikat memveto di Dewan Keamanan PBB bulan sebelumnya. Meskipun mayoritas mendukung resolusi tersebut, Palestina masih harus disetujui oleh Dewan Keamanan PBB sebelum menjadi anggota penuh PBB.
Dorongan Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB muncul setelah perang antara Israel dan kelompok Hamas di Jalur Gaza, serta perluasan permukiman Israel di Tepi Barat yang diduduki, yang dianggap ilegal oleh PBB.
Dalam pernyataannya kepada Majelis Umum sebelum pemungutan suara, Duta Besar Palestina untuk PBB, Riyad Mansour, menekankan pentingnya perdamaian dan kebebasan bagi Palestina. Namun, Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, menuduh bahwa pemungutan suara tersebut merobek-robek Piagam PBB.
Wakil Duta Besar AS untuk PBB, Robert Wood, menegaskan bahwa dukungan AS untuk Palestina tidak berarti menolak proses perdamaian. Ia menekankan perlunya negosiasi langsung antara Israel dan Palestina untuk mencapai solusi dua negara.
Pemungutan suara ini menunjukkan kompleksitas dan ketegangan dalam upaya mencapai perdamaian di Timur Tengah, serta pentingnya peran PBB dalam menangani konflik tersebut.***