kievskiy.org

Israel Ledakkan Bom Terberat di Gaza, Lebih Mematikan dari Hari-Hari Pertama Genosida

Warga dan tim penyelamat bekerja untuk memulihkan mayat seorang Palestina yang terperangkap di bawah puing-puing rumah yang terkena serangan Israel penjajah.
Warga dan tim penyelamat bekerja untuk memulihkan mayat seorang Palestina yang terperangkap di bawah puing-puing rumah yang terkena serangan Israel penjajah. /Reuters/Ramadhan Abed

PIKIRAN RAKYAT - Militer Israel penjajah telah meluncurkan gelombang serangan baru di Jalur Gaza. Aksi pembantaian itu serupa dengan intensitas puncak genosida tujuh bulan di daerah kantong Palestina yang terkepung.

Serangan udara berat dilaporkan terjadi di seluruh Jalur Gaza selama akhir pekan sampai Senin 13 Mei 2024. Serangan yang diluncurkan sejak Jumat 10 Mei 2024 telah menewaskan sedikitnya 180 warga Palestina dan melukai puluhan lainnya.

Penggerebekan itu bertepatan dengan serangan ke Jabalia di Gaza utara, lingkungan Zeitoun di Kota Gaza dan Rafah timur.

Aksi pembantaian melalui jalur darat yang dilakukan Israel penjajah telah dilawan secara sengit oleh Hamas dan kelompok-kelompok Palestina lainnya. Setidaknya lima tentara Israel penjajah tewas selama akhir pekan, dan 68 lainnya terluka selama 48 jam terakhir.

Di antara tentara Israel penjajah yang terkena serangan Hamas, ada Yogev Bar Sheshet. Dia adalah seorang brigadir jenderal dan wakil pengawas pertahanan, perwira Israel paling senior yang terluka dalam perang sejauh ini.

Penembakan berat telah memaksa puluhan ribu orang untuk sementara meninggalkan rumah mereka di Jabalia dan Zeitoun. Di Rafah, PBB memperkirakan hampir 360.000 orang telah melarikan diri sejak pekan lalu.

"Kami mengungsi di tengah suara mengerikan pemboman, penembakan, dan tembakan," ucap seorang sopir taksi dari Jabalia, Diyaa Maliha.

"Saya tidak akan berharap pengalaman kengerian perpindahan pada siapa pun," ujarnya menambahkan.

Setelah mengungsi lima kali sejak Oktober 2023, Diyaa Maliha mengatakan bahwa dia dan keluarganya tidak ingin meninggalkan rumah mereka lagi pada awalnya. Namun, pemboman berat membuat mereka tidak punya pilihan lain.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat