PIKIRAN RAKYAT – Amerika Serikat (AS) terus-terusan membela Israel Penjajah dalam berbagai situasi dan kondisi. Bahkan saat invasi Israel Penjajah ke Rafah, Palestina beberapa waktu lalu, AS punya andil besar.
Presiden AS Joe Biden sering membuat pernyataan yang bertolak belakang dengan fakta di lapangan. Seolah-olah pernyataan tersebut hanya lip service belaka untuk menenangkan dunia, dan untuk cari aman.
Joe Biden sebelumnya menyatakan berjanji akan berhenti memasok senjata ofensif ke Israel Penjajah jika serangan berlanjut. Tapi satu minggu kemudian Israel Penjajah tetap menyerang Rafah, dan AS berencana memajukan transfer senjata senilai 1 miliar USD ke Israel Penjajah, termasuk memberikan peluru tank.
Tak hanya satu pernyataan dari Joe Biden saja yang lip service. Masih banyak pernyataan-pernyataannya yang bertolak belakang dengan apa yang terjadi pada penduduk Palestina di Gaza.
Baca Juga: Jusuf Kalla Bingung Eks Dirut Pertamina Jadi Terdakwa Korupsi, Padahal Cuma Jalankan Instruksi
Kumpulan klaim AS soal konflik Israel Penjajah-Palestina
Invasi Rafah
Klaim: Pemerintah AS mengatakan Israel Penjajah belum melancarkan invasi besar-besaran ke Rafah.
“Kami percaya bahwa yang kami lihat saat ini adalah operasi yang ditargetkan. Itulah yang Israel katakana kepada kami. Kami belum melihat operasi besar akan dilakukan,” ujar juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre, dikutip dari Al Jazeera.
Fakta: Serangan Israel di Rafah telah membuat 450.000 warga Palestina mengungsi dari kota itu, dan menghambat aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza. Tank tentara Israel Penjajah telah masuk jauh ke dalam kota.
Gencatan senjata
Klaim: Joe Biden sempat koar-koar dan menyatakan bahwa pihaknya mendorong gencatan senjata di Gaza. Bahkan Biden sering menyalahkan Hamas karena dianggap menolak proposal damai untuk kedua negara.